Sayur Berulat di Kotak MBG, Satgas Akui Banyak Tenaga Gizi Fresh Graduate

JAWA TIMUR – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bangkalan kembali jadi sorotan setelah ditemukan menu basi dan bahkan terkontaminasi belatung. Peristiwa itu membuat kekhawatiran di kalangan orang tua siswa semakin meningkat, meski pemerintah daerah berusaha meyakinkan masyarakat bahwa kasus tersebut hanya terjadi di sebagian kecil sekolah.
Wakil Bupati Bangkalan, Moh Fauzan Jakfar, turun langsung meninjau pembagian MBG di SDN Mlajah 2, salah satu sekolah yang sebelumnya sempat menerima menu basi. “Hari ini saya datang langsung ke sekolah yang mendapatkan MBG untuk mengecek langsung menu MBG yang dibagikan untuk siswa,” ujarnya, Rabu (24/09/2025). Fauzan menyebut, dari hasil pengecekan, menu yang diterima siswa dalam kondisi baik, lengkap, dan layak konsumsi. “Tadi sudah saya cek, MBG-nya bagus dan baunya sedap. Menunya juga lengkap,” tuturnya.
Namun, kasus nasi basi dan sayur berulat tetap menjadi perhatian publik. Sebelumnya, enam sekolah di Bangkalan mendapat MBG yang diduga basi, sementara di Kecamatan Tanjung Bumi, menu berisi sayur tumis wortel dan bunga kol ditemukan dipenuhi belatung. Video temuan itu tersebar di media sosial, memperlihatkan nasi berulat dalam kotak makanan siswa kelas 1 SDN Bumi Anyar 1.
Kepala Satgas MBG Bangkalan, Bambang Budi Mustika, mengakui adanya kelemahan di lapangan. Ia menyebut, sebanyak 16 ahli gizi yang bertugas di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) belum pernah mengikuti pelatihan khusus. “Iya ternyata belum pernah dilakukan pelatihan-pelatihan. Kedepan, korwil SPPG bisa mengkoordinir semua ahli gizi dan pengawas untuk melakukan pelatihan secara mandiri,” kata Bambang, Selasa (23/09/2025) lalu.
Ia menambahkan, pemerintah daerah segera memfasilitasi pelatihan melalui Dinas Kesehatan. Langkah ini dinilai mendesak agar kasus serupa tidak terus terulang. “Pelatihan sebagai langkah pencegahan dari Pemkab Bangkalan,” imbuhnya.
Bambang juga menyebut sebagian besar tenaga gizi yang ada masih fresh graduate sehingga minim pengalaman dalam mengelola program berskala besar. “Iya betul (fresh graduate),” ujarnya. Kondisi itu memperlihatkan perlunya pendampingan dan pembekalan lebih matang agar para lulusan baru mampu menghadapi tantangan di lapangan.
Meski sebagian siswa, seperti Ilham Nur Firmansyah, murid kelas V SDN Mlajah 2, mengaku senang karena bisa menikmati variasi menu setiap hari, fakta adanya MBG basi dan berulat tetap menjadi alarm serius. “Senang, lauknya ganti-ganti. Kadang ayam, ikan, daging kadang telur jadi tidak bosan. Saya paling suka menu ayam,” ucap Ilham.
Kasus ini menunjukkan pentingnya pengawasan ketat dalam pelaksanaan MBG. Tanpa peningkatan kualitas sumber daya manusia, program yang seharusnya menyehatkan siswa justru berisiko menimbulkan masalah kesehatan.[]
Admin05