Sekjen NATO: Putin Damai Jika Untung Sendiri

JAKARTA — Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, kembali menyoroti sikap Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perang di Ukraina. Dalam pidatonya di Berlin, Rutte menilai bahwa proses perdamaian hanya akan berjalan jika Putin melihat adanya keuntungan bagi dirinya. Komentar Rutte muncul di tengah upaya Amerika Serikat dan Eropa menyatukan langkah untuk merumuskan skema penghentian perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun tersebut.

“Sejauh ini, (Presiden Rusia Vladimir) Putin hanya berperan sebagai pembawa perdamaian ketika itu menguntungkannya, untuk mengulur waktu agar perangnya dapat berlanjut,” ujar Rutte seperti dikutip AFP, Kamis (11/12/2025).

Rutte juga menyebut peran Presiden AS Donald Trump dalam upaya diplomasi terbaru yang sedang diusahakan Washington. Menurutnya, Trump memiliki posisi strategis untuk mendorong Moskow kembali ke meja negosiasi.

“(Trump) ingin mengakhiri pertumpahan darah sekarang, (dan) satu-satunya yang dapat membawa Putin ke meja perundingan,” kata Rutte.

Dalam pidato tersebut, Rutte menantang langsung komitmen Putin terhadap perdamaian. Ia mempertanyakan apakah Kremlin benar-benar siap menghentikan perang atau justru berniat memperpanjang konflik.

“Jadi, mari kita uji Putin. Mari kita lihat apakah dia benar-benar menginginkan perdamaian, atau apakah dia lebih suka pembantaian berlanjut,” ujarnya.

Sementara itu, pemerintah Ukraina telah menyerahkan proposal terbaru kepada Washington. Rencana tersebut merupakan pembaruan dari proposal 28 poin yang sebelumnya diajukan Presiden Trump. Usulan awal itu mendapat kritik keras dari Kyiv serta para sekutu di Eropa karena dianggap terlalu mengakomodasi tuntutan Moskow, termasuk menyerahkan wilayah yang belum dikuasai Rusia.

Kanselir Jerman Friedrich Merz menyatakan bahwa pembahasan lanjutan antara Eropa dan AS dijadwalkan berlangsung akhir pekan ini. Ia mengungkapkan bahwa sebuah pertemuan internasional mengenai Ukraina “dapat berlangsung pada awal minggu depan” untuk membahas lebih detail mekanisme diplomasi selanjutnya.

Rutte juga menyampaikan keyakinannya terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan antara AS dan Eropa terkait Ukraina. Namun, ia tidak dapat memastikan apakah Rusia akan menerima hasil dari perundingan tersebut.

“Apakah saya pikir ketika menyangkut Ukraina, AS dan Eropa (dapat) mencapai kesepakatan? Ya, saya yakin,” katanya.
“Saya pikir kita bisa. Apakah saya yakin bahwa Rusia akan meneriminya? Saya tidak tahu. Inilah ujiannya,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rutte menyoroti peran China dalam konflik tersebut. Ia menuduh Beijing memberikan dukungan tidak langsung kepada Rusia, sehingga memperpanjang kemampuan Moskow untuk melanjutkan operasi militernya.

“China ingin mencegah sekutunya kalah di Ukraina,” ujarnya.
“Tanpa dukungan China, Rusia tidak dapat melanjutkan perang ini,” lanjutnya.

China yang selama ini mengklaim posisi netral, diketahui enggan mengutuk langkah Rusia di Ukraina dan tetap menjaga hubungan ekonomi dengan Moskow.

Selain menyangkut kebijakan global, Rutte juga memperingatkan konsekuensi serius bagi NATO jika Ukraina jatuh di bawah kendali Rusia. Menurutnya, skenario tersebut akan memaksa aliansi meningkatkan pengerahan pasukan secara besar-besaran di wilayah timur.

“NATO harus secara substansial meningkatkan kehadiran militernya di sepanjang sayap timur. Dan sekutu harus melangkah lebih jauh dan lebih cepat dalam pengeluaran dan produksi pertahanan,” tegasnya. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *