Sekolah Arek Suroboyo, Strategi Surabaya Tekan Kenakalan Remaja lewat Pendidikan Karakter

SURABAYA — Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan (Dispendik) terus menggencarkan upaya preventif untuk menanggulangi kenakalan remaja. Salah satu program unggulan yang kini dikembangkan adalah Sekolah Arek Suroboyo (SAS), sebuah pendekatan pendidikan karakter yang menyasar siswa dari jenjang sekolah dasar hingga menengah pertama.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan bahwa SAS bukan sekadar program belajar konvensional, tetapi bagian dari desain strategis untuk membentuk generasi muda yang berintegritas, berbakat, dan berwawasan kebangsaan.
“Sekolah Arek Suroboyo ini bukan hanya tempat belajar, tetapi tempat membentuk karakter anak-anak Surabaya. Kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang disiplin dan mencintai bangsanya,” ujar Eri Cahyadi.
Program SAS telah diterapkan di sejumlah satuan pendidikan, di antaranya SDN Kaliasin I dan SMPN 6 Surabaya. Terdapat tiga kebijakan utama yang menjadi pilar program ini:
-
Perubahan Jam Masuk Sekolah
Waktu kedatangan siswa dimajukan dari pukul 07.00 menjadi pukul 06.30 WIB. Tujuannya untuk membentuk kedisiplinan sejak dini dan memperpanjang waktu aktivitas positif di sekolah. -
Sekolah Kebangsaan dan Bakat-Minat
Selepas pelajaran utama yang berakhir pada pukul 11.30 WIB, siswa mengikuti kegiatan pembinaan karakter, penanaman nilai-nilai kebangsaan, dan pengembangan bakat serta minat melalui ekstrakurikuler seperti karawitan, paskibraka, paduan suara, dan olahraga. -
Penghapusan Pekerjaan Rumah (PR)
Pemkot Surabaya menghapus tugas rumah bagi siswa. Kebijakan ini diambil agar anak memiliki waktu lebih banyak bersama keluarga dan berinteraksi dalam lingkungan sosialnya, yang juga menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter.
Sejumlah siswa dan tenaga pendidik menyampaikan respons positif terhadap program ini. Salah satunya Yusuf Bagus Kristianto, siswa SMPN 6 Surabaya, yang mengaku lebih semangat belajar karena tidak lagi terbebani PR.
“Kita bisa belajar sambil berkegiatan yang menyenangkan. Setelah pelajaran selesai, kami ikut latihan paskibraka dan karawitan. Itu juga bikin tambah semangat,” ungkap Yusuf.
Selain membentuk siswa yang disiplin dan aktif, guru juga merasakan atmosfer pembelajaran yang lebih kondusif. Pendekatan holistik yang diterapkan SAS disebut mampu mengurangi perilaku menyimpang siswa dan meningkatkan solidaritas di lingkungan sekolah.
Menurut Dispendik Kota Surabaya, SAS dirancang sebagai bagian dari ekosistem pendidikan yang lebih humanis dan adaptif terhadap tantangan zaman. Sasaran jangka panjangnya adalah menciptakan generasi muda yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga kuat dalam nilai moral, nasionalisme, dan kepedulian sosial.
Pemkot Surabaya berharap model SAS dapat menjadi referensi bagi daerah lain dalam mengintegrasikan nilai karakter dalam sistem pendidikan formal. []
Nur Quratul Nabila A