Sekolah Rakyat Jadi Harapan Baru Anak Miskin Ekstrem, Fadil Melangkah dengan Sandal Usang

JAKARTA — Di antara deretan anak-anak berseragam putih dengan wajah penuh harapan, Fadilah Pratama (12) melangkah pelan dengan sandal jepit usang yang melekat di kakinya. Meski sederhana, langkahnya sarat makna.

Di Sentra Handayani, Kementerian Sosial, Jakarta Timur, Rabu (9/7/2025), ia mengikuti simulasi perdana Sekolah Rakyat—program pendidikan gratis berasrama yang digagas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bagi anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.

Fadil, sapaan akrabnya, adalah satu dari 75 anak yang terpilih mengikuti simulasi itu. Ia tak pernah mencicipi bangku sekolah.

Sehari-hari, ia membantu sang ibu berjualan buah di pinggir jalanan Jakarta Timur.

“Belum (belum pernah sekolah – red),” ucapnya lirih kepada Okezone, sambil menatap layar proyektor yang menampilkan sistem pembelajaran digital.

Ia kini menjadi representasi dari ribuan anak yang selama ini terpinggirkan oleh sistem.

Keikutsertaannya dalam simulasi ini bukan sekadar formalitas, tetapi simbol keterjangkauan pendidikan yang lebih merata bagi masyarakat prasejahtera.

“Orang tua pedagang buah,” lanjut Fadil, polos.

Kegiatan simulasi tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan, pemetaan bakat, hingga pengenalan sistem pembelajaran berbasis Learning Management System (LMS).

Bagi sebagian besar siswa, ini adalah pengalaman pertama mereka bersentuhan dengan komputer atau tablet. Namun semangat mereka tak tergantikan.

Program Sekolah Rakyat sendiri dirancang untuk menyasar anak-anak dari keluarga yang masuk dalam Desil 1 dan 2 pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Dengan pendekatan berasrama dan digital, program ini menyatukan aspek pengasuhan, pendidikan karakter, serta pemberdayaan keterampilan sejak usia dini.

Kementerian Sosial menyebut bahwa ada 100 titik Sekolah Rakyat rintisan yang akan mulai berjalan pada tahun ini.

Peluncuran resmi akan dilakukan pada 14 Juli 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto.

Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kemensos menyebut, simulasi ini penting untuk memastikan kesiapan teknis, psikologis, dan logistik sebelum program resmi berjalan.

“Anak-anak seperti Fadil adalah alasan utama mengapa Sekolah Rakyat harus hadir. Mereka berhak atas masa depan yang lebih baik,” ujar salah satu penyelenggara.

Di tengah keterbatasan, Fadil menunjukkan bahwa harapan tidak pernah usang. Sandal tipis yang ia kenakan barangkali tidak layak, tetapi semangat yang ia bawa lebih dari cukup untuk melangkah menuju perubahan. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *