Sektor Pertanian Hortikultura Di Kalbar Mampu Panen 613,604 Ton Pertahun

HORTIKULTURA : Kepala Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Bader Sasmara, S.Hut, MMA. (Foto : Istimewa)
PONTIANAK, PRUDENSI.COM-Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura (DTPH) Provinsi Kalimantan Barat, melalui Kepala Bidang (Kabid) Hortikultura, Bader Sasmara, S.Hut, MMA mengatakan sektor pertanian Hortikultura di Kalimantan Barat (Kalbar) sempat berada di peringkat 31 dari 34 provinsi di Indonesia. Kemudian berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Provinsi Kalbar, hasil panen dalam satu tahun terakhir pada tahun 2024 mencapai 613.604 ton per tahun.
Menurut, Bader Sasmara, dari jumlah itu terdiri dari jenis Hortikultura buah sebanyak 542.463 ton dan untuk sayur sebanyak 58.927 ton, serta sebanyak 215.000 ton untuk biofarmaka.
“Total seluruhnya untuk hortikultura ini 613.604 ton. Ini semua lebih cenderung swadaya petani kita yang mandiri, karena kita sadari bahwa memang dinas tanaman pangan dan hortikultura untuk kegiatan hal tersebut efisien yang sangat-sangat berdampak,” kata Bader Sasmara belum lama ini.
Dari 613.604 ton hasil pertanian hortikultura ini, Bader menyebut untuk luas lahan panen mencapai 39.330 hektare. “Ada penurunan dari tahun 2023 itu 3,51 persen. Mungkin salah satu penyebabnya ialah cuaca, keuda mungkin dari keterbatasan dari petugas dalam mengumpulkan data karena keterbatasan honorium, mengingat jarak tempuh dalam mengumpulkan data antara desa ke desa di Kalbar cukup jauh. Sehingga data dari petugas di lapangan tidak terkumpul semuanya,” ujarnya.
Dari sekian luas lahan hasil panen itu, hampir semua petani sudah menerapkan olah lahan tanpa bakar. Namun, untuk penggunaan pupuk sebagian besar masih semi organik.
Menurut Bader Sasmara, kebanyakan petani di Kalbar tetap masih menerapkan pertanian tradisional seperti memanfaatkan abu sisa pembakaran sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman. Namun, hal itu tidak menjadi sumber utama dalam penggunaan pupuk, karena sebagian besar petani masih menggunakan semi organik dengan campuran kimia. “Apalagi kan sekarang ada aturannya juga tidak boleh bakar lahan,” ucapnya.
Menurut pengakuan petani yang disampaikan oleh Kabid Hortikultura, alasan petani masih mengunakan kimia karena proses pertumbuhan dan kesuburan tanaman lebih cepat. Sementara jika menggunakan organik dinilai lebih lamban dalam pertumbuhan tanaman.
“Tapi sekarang minimal petani mulai sadar agar tidak menggunakan pestisida berlebihan. Karena penggunaan organik enggak seperti pupuk kimia yang kalau kita pasang sekarang hijaunya langsung kelihatan. Tapi sebenarnya untuk kesehatan lebih bagus organik meskipun petani sebagian besar masih menggunakan semi organik.
Pemerintah juga mengakui penggunaan kimia yang berlebihan juga dapat menurunkan kesuburan tanah, bahkan membuat tanah cepat gersang. Namun, sejauh ini, DTPH masih mendata terkait jumlah petani di Kalbar termasuk jumlah petani yang menerapkan konsep pertanian yang ramah lingkungan.(rac)