Distribusi Air Bersih Dikeluhkan
BANJARMASIN– Lisna (30 tahun) seorang ibu muda yang tinggal di bilangan Sungai Andai Kecamatan Banjar Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu, mengeluh ketika hendak mandi dan cuci setelah mengetahui air ledeng di rumahnya yang mungil itu tidak mengalir.
Untung saja penghentian suplai air PDAM ke rumah ibu muda itu sifatnya sementara atau istilahnya bergiliran, kadangkala air mengalir malam berarti siang akan mati, sebaliknya siang mengalir malam akan mati, hingga memanfaatkan mandi dan cuci saat air ledeng lagi mengalir saja.
“Sudah hampir beberapa minggu ini macetnya air ledeng ini mengalami wilayah kami, kami berharap PDAM setempat bisa mencarikan solusi agar air ledeng tak macet lagi,” kata ibu beranak satu ini.
Keluhan serupa bukan saja datang dari ibu Lsina, tetapi hampir terdengar di seluruh kota berpenduduk sekitar 800 ribu jiwa ini, bahkan ada beberapa wilayah pemukiman penduduk kota ini yang air ledengnya tidak mengalir sama sekali selama 24 jam, sehingga warga minta suplai air bersih dari PDAM setempat, melalui mobil tanki
Krisis air ledeng tersebut setelah adanya pengurangan produksi air ledeng Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih, saat musim kemarau ini.
Krisis air ini hampir merepotkan sebagian besar warga ibukota provinsi Kalsel ini, terutama 140 ribu pelanggan perusahaan ini yang hanya mengandalkan sumber air bersih dari perusahaan ini, sementara harga air bersih pakai galon dinilai begitu mahal.
Direktur Utama PDAM Bandarmasih, Kota Banjarmasin, Ir Muslih Abdurahman mengatakan, saat ini produksi air bersih yang diolah perusahannya mengalami penurunan produksi hingga 30 persen.
Sebelumnya, PDAM mampu memroduksi air bersih 2.050 liter per detik, Kini cuma 1.300 per detik. Krisis air bersih di Banjarmasin saat ini sudah memprihatinkan, meski wilayah ini dialiri ratusan sungai, tapi airnya sangat asin karena terkontaminasi kadar garam yang tinggi setelah instrusi air laut.
Kadar garam saat ini mencapai 5000 miligram per liter, padahal idealnya yang bisa diolah menjadi air bersih hanyalah 250 miligram per liter, tambahnya.
Dengan kadar garam tinggi di Sungai Martapura membuat intake PDAM di Sungai Bilu tak bisa berfungsi, akibatnya PDAM kekurangan air baku untuk diolah akhirnya produksi air bersih ke masyarakat menjadi turun drastis.
PDAM sekarang hanya mengandalkan intake Sungai Tabuk dengan kemampuan 2.050 liter per detik. Akan tetapi, seiring gangguan pemadaman listrik, intake Sungai Tabuk pun tak bisa berproduksi maksimal, dampaknya sekarang Banjarmasin mengalami krisis air bersih.
Masuknya intrusi air laut tersebut tak terlepas dari kerusakan resapan air puncak Pegunungan Meratus, masalahnya sungai di Banjarmasin ini berhulu ke kawasan tersebut, dan bila kawasan puncak terganggu akhirnya akan terganggu suplai air bersih. Padahal sumber air bersih di wilayah ini tak ada alternatif selain dari sungai.
Mudahnya air laut masuk ke sungai lantaran debit air Sungai Martapura kian berkurang setelah kerusakan hutan yang ada di hulu diduga akibat penebangan kayu dan pertambangan, serta aneka kegiatan lainnya, sehingga tekanan air sungai ke muara melemah dan sebaliknya tekanan air laut ke hulu sungai kian kuat akibatnya kadar garam mudah masuk ke sungai.
Sementara sumber air baku lain selain sungai juga sulit diperoleh, karena air tanah di wilayah ini kurang baik untuk diolah air baku PDAM dengan kandungan besi dan kandungan keasaman yang sangat tinggi.
Sedangkan pengambilan air Irigasi Riam Kanan yakni air limpahan Bendungan Riam Kanan juga tak bisa lagi, lantaran saluran yang menuju ke Intake PDAM tersumbat lumpur dan serangan gulma. [] ANT