Serangan Drone di Ukraina Renggut Nyawa Jurnalis Internasional

JAKARTA – Serangan drone di wilayah Donbas, Ukraina timur, kembali menelan korban dari kalangan jurnalis internasional. Antoni Lallican, fotografer asal Prancis berusia 37 tahun, dilaporkan tewas saat tengah menjalankan tugas jurnalistik di dekat Druzhkivka, sekitar 20 kilometer dari garis depan di Donetsk.

Menurut keterangan Brigade Lapis Baja Keempat Ukraina, Lallican tewas akibat serangan drone Rusia pada Jumat (03/10/2025). Dalam peristiwa yang sama, jurnalis asal Ukraina, Georgiy Ivanchenko, turut menjadi korban luka. Kondisinya kini dilaporkan stabil.

“Kedua jurnalis mengenakan alat pelindung diri, dan rompi antipeluru mereka memiliki tanda pengenal bertuliskan ‘PRESS’,” tulis pernyataan resmi Brigade Lapis Baja Keempat melalui akun Facebook. Pernyataan itu menegaskan bahwa serangan tersebut terjadi meski para jurnalis telah mengikuti prosedur keamanan standar di medan konflik.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan duka mendalam atas kematian Lallican. Ia menyebut rekannya sesama warga negara sebagai “korban serangan drone Rusia” dan berjanji akan terus memperjuangkan perlindungan bagi pekerja media di zona perang.

Lallican sendiri dikenal sebagai fotografer lepas yang berbasis di Paris. Karya-karyanya telah dipublikasikan di sejumlah media ternama, termasuk surat kabar Le Monde. Kehilangan dirinya menjadi duka mendalam bagi dunia jurnalistik, khususnya bagi mereka yang menyoroti perang Ukraina sejak invasi Rusia pada 2022.

Federasi Jurnalis Eropa (EFJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) mengecam keras insiden ini, menyebutnya sebagai “kejahatan perang”. Kedua organisasi itu menyerukan dilakukannya penyelidikan menyeluruh serta menegaskan bahwa kebebasan pers tidak boleh dibungkam oleh ancaman militer.

“Ini adalah pertama kalinya seorang jurnalis tewas akibat serangan drone di Ukraina,” tulis EFJ dan IFJ dalam pernyataan bersama.

Kematian Lallican menambah panjang daftar jurnalis yang gugur sejak awal invasi. Setidaknya 17 wartawan telah kehilangan nyawa, termasuk jurnalis video AFP, Arman Soldin, yang terbunuh oleh tembakan roket pada 2023. Angka ini mencerminkan betapa berbahayanya medan peliputan di Ukraina, di mana garis antara warga sipil, media, dan kombatan kerap kabur di tengah konflik berkepanjangan.

Serangan ini bukan hanya tragedi bagi keluarga korban, tetapi juga menjadi peringatan keras bagi komunitas internasional bahwa keselamatan jurnalis di medan perang masih terabaikan. Meski telah menggunakan perlengkapan pelindung, nyawa mereka tetap berada dalam risiko tinggi, terutama ketika senjata modern seperti drone digunakan secara luas di medan tempur.

Kasus Lallican diharapkan mendorong adanya penguatan perlindungan hukum internasional bagi jurnalis di zona konflik serta menekan pihak-pihak yang terlibat perang agar menghormati status netral pekerja media. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *