Serangan Drone Tewaskan Puluhan Pengungsi Rohingya saat Kabur dari Myanmar

JAKARTA – Puluhan warga Rohingya tewas dalam serangan drone yang menghantam rombongan pengungsi yang mencoba melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh. Di antara korban terdapat keluarga dengan anak-anak, termasuk seorang ibu hamil dan anaknya yang berusia dua tahun.

Menurut saksi mata, serangan yang terjadi pada pekan lalu ini menghantam kerumunan pengungsi yang berkumpul di dekat Maungdaw, Rakhine. Mereka sedang menunggu kesempatan untuk menyeberang ke Bangladesh saat drone mulai menyerang.

Salah satu saksi, Mohammed Eleyas, yang kehilangan istri dan anaknya dalam serangan tersebut, menggambarkan situasi mencekam di lokasi kejadian.”Suara ledakan terdengar sangat keras dan berulang kali,” ungkapnya dari kamp pengungsi di Bangladesh, sebagaimana dikutip dari Reuters, Senin (12/8/2024).

Ketika Eleyas mencoba bangkit, ia menemukan keluarganya terluka parah dan banyak kerabatnya sudah tidak bernyawa.

Seorang saksi lainnya, Shamsuddin, yang berhasil selamat bersama istri dan bayinya, mengatakan bahwa setelah serangan, pemandangan di lokasi penuh dengan mayat dan teriakan orang-orang yang terluka.

“Banyak orang yang terluka parah, dan beberapa dari mereka berteriak kesakitan,” katanya dari kamp pengungsi di Bangladesh.

Serangan ini menambah daftar panjang kekerasan yang dialami komunitas Rohingya dalam beberapa pekan terakhir di tengah konflik antara pasukan junta militer Myanmar dan kelompok pemberontak Arakan Army. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas serangan tersebut, sementara Arakan Army membantah bertanggung jawab.

Selain serangan drone, tragedi lain terjadi ketika dua perahu yang membawa pengungsi Rohingya tenggelam di Sungai Naf, menewaskan puluhan orang lagi. Media lokal dan saksi mata melaporkan bahwa pengungsi yang berada di perahu tersebut sedang mencoba melarikan diri dari kekerasan yang terus berlangsung di Rakhine.

Organisasi Medecins Sans Frontieres (MSF) melaporkan bahwa mereka telah merawat 39 orang yang berhasil menyeberang ke Bangladesh dengan luka-luka akibat kekerasan, termasuk cedera akibat ledakan mortir dan tembakan.

Krisis kemanusiaan di wilayah ini makin mendalam sejak militer Myanmar mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021. Rohingya, yang telah lama menjadi korban diskriminasi dan kekerasan, kembali terjebak dalam konflik terbaru ini, dengan ribuan dari mereka yang masih terdampar di perbatasan, mencari cara untuk menyelamatkan diri dari bahaya.

Bob Rae, Duta Besar Kanada untuk PBB, mengungkapkan keprihatinannya atas tragedi ini.

“Laporan tentang ratusan Rohingya yang tewas di perbatasan Bangladesh-Myanmar sangat menyedihkan dan, sayangnya, benar adanya,” tulis Rae di media sosial.

Situasi di lapangan tetap genting, dengan para pengungsi yang terus berjuang untuk mencapai tempat yang lebih aman, meskipun risiko kematian mengintai di sepanjang perjalanan mereka. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *