Serangan Udara Israel Guncang Gaza pada Hari Iduladha, 42 Warga Palestina Tewas

GAZA — Serangan udara kembali mengguncang Jalur Gaza pada Jumat (6/6/2025), bertepatan dengan hari pertama Iduladha. Serangan tersebut dilaporkan menargetkan wilayah padat penduduk sejak fajar, saat warga Palestina tengah memulai perayaan hari besar keagamaan itu.
Dilansir dari Al Jazeera, rumah sakit di seluruh Gaza melaporkan bahwa sebanyak 42 jenazah telah diterima dari berbagai lokasi serangan. Korban tersebar di beberapa fasilitas kesehatan utama, termasuk Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza utara, Rumah Sakit Al-Ahli di Kota Gaza, dan Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah.
“Sangat memilukan melihat bagaimana Iduladha yang seharusnya menjadi hari penuh berkah dan sukacita berubah menjadi hari berkabung,” kata Tareq Abu-Azoum, koresponden Al Jazeera yang melaporkan dari Deir el-Balah.
Ia menambahkan bahwa banyak warga yang tidak sempat menyelamatkan diri karena serangan terjadi saat mereka sedang mempersiapkan salat dan perayaan keluarga.
Menurut data terkini yang dihimpun dari otoritas kesehatan Palestina, total korban tewas akibat agresi Israel sejak Oktober 2023 telah mencapai sedikitnya 54.677 jiwa, mayoritas di antaranya merupakan perempuan dan anak-anak. Angka ini belum termasuk ribuan orang yang masih dinyatakan hilang di bawah reruntuhan bangunan.
Selain jatuhnya korban jiwa, puluhan rumah dilaporkan hancur akibat serangan terbaru ini. Sejumlah keluarga kembali mengungsi untuk kesekian kalinya, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah berlangsung berbulan-bulan.
Organisasi kemanusiaan internasional kembali menyerukan gencatan senjata segera dan akses tanpa hambatan untuk bantuan kemanusiaan. Mereka menegaskan bahwa Gaza telah berubah menjadi zona bencana yang tidak layak huni.
Serangan pada hari raya ini menuai kecaman dari berbagai negara dan lembaga internasional. Meski demikian, hingga kini belum ada tanda-tanda deeskalasi konflik di wilayah tersebut.
Situasi di Gaza tetap genting, dan masyarakat internasional dihadapkan pada tantangan besar untuk mendorong penyelesaian damai serta pemulihan martabat kemanusiaan yang terus tercabik akibat perang berkepanjangan ini. []
Nur Quratul Nabila A