Singkapan Batuan Purba Ditemukan Dekat Gunung Padang

JAKARTA – Upaya pelestarian Situs Gunung Padang di Kabupaten Cianjur kembali memperoleh titik terang setelah Tim Kajian Pemugaran menemukan singkapan batuan purba di kawasan Pasir Pogor, berjarak sekitar lima kilometer dari zona inti.
Penemuan ini menambah keyakinan para peneliti bahwa kompleks megalitikum Gunung Padang bukan hanya berdiri di satu titik, melainkan dikelilingi bangunan lain yang saling berkaitan.
Ketua Tim Kajian Pemugaran Situs Gunung Padang, Ali Akbar, menjelaskan bahwa batuan di radius dua hingga lima kilometer dari situs inti memiliki kesamaan jenis dan diyakini merupakan hasil karya budaya, bukan sekadar bentukan alam.
“Hasil survei kemarin untuk mencari sumber batuan, ditemukan singkapan batuan di Pasir Pogor. Bukit tersebut terletak 5 kilometer sebelah utara Situs Gunung Padang,” ungkap Ali kepada Kompas.com melalui telepon pada Sabtu (16/8/2025).
Meskipun demikian, Ali menegaskan fokus pemugaran tetap akan diarahkan pada teras-teras utama yang telah diketahui keberadaannya sejak 1890.
Batuan dari luar zona inti akan dimanfaatkan untuk memperkuat konstruksi inti agar tidak kehilangan keaslian material.
“Prinsip perbaikan berpegang pada kaidah pemugaran, yakni mengganti material rusak dengan bahan serupa dari sumber terdekat,” kata Ali.
“Dengan begitu, keaslian fisik bangunan tetap terjaga dan nilai sejarahnya tidak hilang,” sambungnya.
Selain temuan baru, tim juga menghadapi tantangan berupa kerusakan alami pada sejumlah bagian situs.
Struktur batu ada yang runtuh, miring, bahkan patah akibat faktor usia dan lingkungan.
“Struktur batu yang runtuh, batu-batu tegak mulai miring dan rebah, bahkan patah,” jelas Ali. Ia menambahkan, pemetaan kerusakan kini sedang dilakukan agar perbaikan dapat berjalan tepat sasaran.
Dalam jangka panjang, pemugaran tidak hanya bertujuan menjaga keutuhan fisik, tetapi juga memastikan penelitian arkeologi dapat berlangsung lebih mendalam.
Ali menyebut beberapa ornamen yang rusak dipetakan dengan hati-hati sebelum ditangani.
“Jika satu sisi tebing dipugar, sisi lainnya diperbaiki agar keseluruhan struktur dapat bertahan lebih lama,” ujarnya.
“Dengan mempertahankan fisik asli situs, penelitian dan kajian arkeologi akan lebih mudah dilakukan karena obyek yang diteliti tetap terjaga kelestariannya,” tutup Ali.
Dengan demikian, temuan singkapan batuan di Pasir Pogor tidak hanya memperluas wawasan tentang sebaran budaya megalitikum, tetapi juga mempertegas pentingnya langkah konservasi menyeluruh demi menjaga salah satu peninggalan prasejarah terbesar di Asia Tenggara. []
Nur Quratul Nabila A