Siswi di Cirebon Diduga Coba Bunuh Diri karena Tekanan Ekonomi, Sekolah Bantah DO Siswa

CIREBON Seorang siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Tengah Tani, Maonyq Maysti Hawa, dilaporkan nekat menenggak cairan pembersih lantai di sebuah toko buah di kawasan Pasar Kalitanjung, Kota Cirebon, pada awal pekan ini.

Insiden tersebut diduga dipicu tekanan ekonomi yang berat dan membuat korban nyaris kehilangan harapan akan masa depannya.

Saat ini, Maonyq tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati, Kota Cirebon.

Menurut penjelasan kuasa hukum keluarga korban, A. Faozan TZ, S.H., M.H., tindakan nekat Maonyq dipicu oleh ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan tempat tinggal. Diketahui, korban hanya mengandalkan penghasilan harian sebesar Rp20 ribu dari bekerja di toko buah.

“Maonyq dikeluarkan dari sekolah dan diusir dari tempat kos karena tidak sanggup membayar,” ujar Faozan, Senin (9/6/2025).

Ia juga menyebutkan bahwa ayah Maonyq tidak memiliki cukup dana untuk mendaftarkan kembali putrinya pada tahun ajaran baru.

Namun demikian, pernyataan tersebut dibantah keras oleh pihak sekolah. Kepala SMAN Tengah Tani, Hj. Euis Yeti Srinawati, M.Pd., menegaskan bahwa tidak ada kebijakan pengeluaran siswa, apalagi dengan alasan ekonomi.

“Sekolah tidak pernah mengeluarkan atau memberikan drop out (DO) kepada Maonyq. Apalagi sampai ada istilah ‘dipecat’, itu sama sekali tidak benar. Soal biaya juga tidak ada yang dipungut dari siswa. Itu adalah fitnah,” kata Euis saat dikonfirmasi Radar Cirebon.

Euis menjelaskan bahwa Maonyq memang tercatat sebagai siswa tahun ajaran 2024. Namun setelah mengikuti satu semester, ia tidak lagi hadir ke sekolah. Pihak sekolah bahkan telah melakukan kunjungan ke rumah siswa dan mendapat informasi bahwa Maonyq tidak memiliki ongkos ke sekolah.

“Kami sempat ke rumahnya, dan setelah itu kami kehilangan kontak karena alamatnya berpindah-pindah. Namun di sistem Dapodik, data siswa masih terdaftar,” tambah Euis.

Ia pun menyampaikan bahwa pihak sekolah terbuka jika Maonyq ingin kembali melanjutkan pendidikan. Euis juga menyatakan niatnya untuk menjenguk korban di rumah sakit sebagai bentuk kepedulian.

“Kalau siswa itu ingin kembali sekolah, tentu kami persilakan. Kami juga akan menjenguknya,” ujar Euis.

Peristiwa ini menyita perhatian publik dan kembali menyoroti pentingnya sistem dukungan psikososial bagi pelajar, terutama mereka yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi rentan.

Pemerhati pendidikan dan organisasi sosial pun mulai menyerukan pentingnya kolaborasi antara sekolah, pemerintah daerah, dan lembaga kemanusiaan untuk memastikan akses pendidikan yang setara bagi seluruh anak bangsa. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *