Skema Medicare Australia Dinilai Tak Efektif
JAKARTA – Skema layanan kesehatan Medicare di Australia kembali disorot setelah data terbaru menunjukkan tidak adanya peningkatan signifikan pada tingkat bulk-billing, meski miliaran dolar telah dikucurkan pemerintah untuk memperbaiki akses layanan kesehatan. Bulk-billing memungkinkan warga Australia mendapatkan konsultasi dokter tanpa biaya tambahan, asalkan tarif layanan tidak melebihi batas subsidi dari pemerintah.
Data untuk periode Juli hingga September tahun ini mengungkapkan bahwa tingkat bulk-billing tetap bertahan di angka 77,6 persen, sama seperti tahun lalu. Meski pemerintah telah meningkatkan insentif, jumlah konsultasi dokter umum justru menurun sekitar 10.000 layanan per hari dibandingkan tahun sebelumnya.
Di sisi lain, biaya rata-rata yang harus ditanggung pasien meningkat signifikan, dari sekitar A$4 (Rp43 ribu) menjadi A$50,49 (Rp544 ribu). Kondisi ini dituding menjadi penyebab warga enggan berkonsultasi ke dokter karena terbentur biaya.
Menteri Kesehatan dari Partai Liberal Australia, Anne Ruston, menyatakan kekhawatiran terhadap dampak kenaikan biaya layanan terhadap kesehatan publik dan sistem rumah sakit.
“Meskipun ada investasi besar di sini, kami hanya melihat sedikit perubahan pada tarif, yang berarti kami tahu warga menghindari konsultasi dokter karena mereka tidak mampu,” kata Senator Ruston.
“Berdasarkan data hari ini, 10.000 konsultasi berkurang setiap hari. Itu berarti ada 10.000 [layanan untuk] orang yang berpotensi sakit parah sebelum mereka mendapatkan layanan kesehatan, sementara kita tahu unit gawat darurat rumah sakit kita berada di bawah tekanan yang luar biasa.”
Pemerintah melalui Menteri Kesehatan Mark Butler optimistis kondisi ini akan membaik seiring penerapan insentif bulk-billing terbaru yang mulai berjalan bulan ini. Ia menyebut lebih dari 1.000 klinik yang sebelumnya menerapkan sistem campuran kini berencana beralih ke bulk-billing penuh. Saat ini, tercatat lebih dari 2.600 praktik dokter umum di Australia sepenuhnya mengadopsi sistem bulk-billing.
“Kami tahu investasi ini akan berhasil, karena telah berhasil bagi pasien; insentif ini sudah berlaku untuk pensiunan, pemegang kartu konsesi, dan keluarga dengan anak-anak,” bunyi pernyataan Mark Butler.
Namun, data menunjukkan bulk-billing masih jauh di bawah puncaknya pada masa pandemi COVID-19, yaitu 89,2 persen, bahkan belum kembali ke level sebelum pandemi yang berada di angka 85,2 persen. Pemerintah sebelumnya menargetkan tingkat bulk-billing dapat mencapai 90 persen pada tahun 2030.
Laporan tahunan Departemen Kesehatan Australia menyebutkan bahwa penurunan layanan bulk-billing dan kenaikan biaya langsung telah menjadi penghalang utama warga saat mengakses layanan kesehatan.
“Penurunan tarif penagihan massal dan kenaikan biaya langsung, ditambah dengan bertambahnya tekanan biaya hidup, telah menimbulkan hambatan bagi beberapa pasien ketika mencoba mengakses perawatan yang mereka butuhkan,” demikian isi laporan tersebut.
Pihak otoritas memperkirakan butuh waktu setidaknya empat tahun sebelum masyarakat merasakan dampak nyata dari kebijakan baru ini. Sementara itu, mereka yang berada di luar skema bulk-billing diprediksi akan menghadapi kenaikan biaya lebih tinggi. []
Siti Sholehah.
