SMP PGRI Playen Hanya Dapat 7 Siswa Baru

GUNUNGKIDUL — Tahun ajaran baru 2025/2026 menjadi tantangan berat bagi SMP PGRI Playen di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sekolah swasta yang berdiri sejak 1969 ini hanya menerima tujuh peserta didik baru dan tetap bertahan di tengah tekanan sistem zonasi serta ketatnya persaingan dengan sekolah negeri maupun swasta lainnya.
“Sebenarnya kami menerima delapan murid, namun satu orang pindah, jadi hanya tujuh yang tersisa. Enam dari pondok pesantren di Kalurahan Bandung, satu dari warga lokal,” ujar Kepala Sekolah SMP PGRI Playen, Arif Setyo Prabowo, saat ditemui di kantornya, Senin (14/7/2025).
Jumlah total siswa saat ini tercatat 30 orang, dengan rincian tujuh siswa di kelas VII, sepuluh di kelas VIII, dan tiga belas di kelas IX. Penurunan jumlah siswa mulai dirasakan sejak 2018, yang menurut Arif, dipicu oleh penerapan sistem zonasi.
Pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ini, seluruh siswa dari kelas VII hingga IX mengikuti kegiatan di satu ruang karena keterbatasan fasilitas.
Gedung sekolah yang sudah uzur memperlihatkan kerusakan seperti plafon berlubang serta meja dan kursi yang lapuk.
“Kami bertahan dengan kondisi yang ada. Anggaran operasional minim, perbaikan gedung seadanya. Namun laboratorium IPA, komputer, dan perpustakaan tetap kami pertahankan,” jelas Arif.
Keterbatasan juga terasa pada jumlah tenaga pendidik. Hanya lima guru tetap yayasan yang mengampu siswa SMP, sementara kekurangan diisi oleh guru dari SMA PGRI yang berada dalam satu kompleks.
Pihak sekolah mendorong guru-guru untuk mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) demi meningkatkan mutu pengajaran.
Persaingan dengan sekolah lain pun cukup ketat. Hanya berjarak beberapa ratus meter berdiri SMP Negeri 1 Playen serta beberapa sekolah swasta lain dalam radius satu kilometer.
“Sebagian besar siswa kami berasal dari pondok pesantren, termasuk dari luar Pulau Jawa seperti Maluku dan Sulawesi. Kami tetap berupaya menarik siswa reguler dari masyarakat umum,” katanya.
Kebijakan pembatasan rombongan belajar (rombel) serta pendirian sekolah baru oleh Dinas Pendidikan diharapkan memberi ruang tumbuh bagi sekolah swasta.
Sementara itu, data Dinas Pendidikan Gunungkidul menunjukkan bahwa dari total 106 SMP (61 negeri dan 45 swasta), sebanyak 20 SMP swasta tidak memperoleh satu pun peserta didik baru dalam Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran ini.
Hal itu terjadi karena jumlah lulusan SD (7.903 siswa) lebih sedikit dibanding kuota bangku yang tersedia (9.216 kursi).
“Kalau ada sekolah yang kekurangan siswa bukan karena kuotanya kurang, justru bangku lebih banyak dari jumlah siswa SD yang lulus,” jelas Sekretaris Dinas Pendidikan Gunungkidul, Agus Subaryanta. []
Nur Quratul Nabila A