Spanyol Desak Tim Israel Hengkang dari Vuelta

BARCELONA – Ajang balap sepeda bergengsi Vuelta a España 2025 kembali memperlihatkan sisi lain dari dunia olahraga, olahraga yang bersinggungan erat dengan isu politik global. Pada etape ke-15, Minggu (14/09/2025), ratusan warga turun ke jalan, membentangkan bendera Palestina sebagai bentuk protes terhadap operasi militer Israel di Gaza.
Momen itu sengaja dilakukan di titik yang dilalui siaran televisi internasional, sehingga sorotan dunia tak hanya tertuju pada kecepatan pebalap, tetapi juga pada pesan politik yang digaungkan. Seorang demonstran yang terlalu dekat dengan rombongan pesepeda bahkan menyebabkan insiden jatuhnya dua peserta, menambah dramatis suasana lomba.
Aksi protes semacam ini bukan pertama kali terjadi. Dalam sepuluh hari terakhir, demonstrasi pro-Palestina tercatat mewarnai enam etape lomba. Lebih dari 20 orang ditahan aparat kepolisian, tetapi gelombang aksi terus berlanjut. Pemerintah Spanyol justru memberikan dukungan moral terhadap para demonstran. Mereka menyebut aksi tersebut sebagai tindakan wajar di tengah perang yang telah menewaskan lebih dari 64.800 orang di Gaza.
Menteri Luar Negeri Spanyol, José Manuel Albares, bahkan mendukung usulan agar tim Israel Premier Tech dikeluarkan dari lomba. Tim ini dimiliki pengusaha Israel-Kanada, Sylvan Adams, dan meskipun memilih merendahkan profil dengan menanggalkan nama tim di jersei serta hanya menurunkan satu pembalap, mereka tetap menjadi sasaran protes publik. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memuji sikap tim yang tetap bertahan meski menghadapi tekanan.
Ketegangan kian meningkat setelah Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, secara terbuka menyebut operasi Israel di Gaza sebagai genosida. Ia juga mengumumkan embargo senjata serta blokade bahan bakar menuju Israel. Keputusan itu memicu ketegangan diplomatik dengan Tel Aviv yang menuduh Madrid bersikap antisemit.
Situasi ini menunjukkan bahwa olahraga, khususnya ajang sebesar Vuelta a España, tidak bisa sepenuhnya dipisahkan dari dinamika politik global. Jalur balap bukan lagi sekadar arena kompetisi fisik, melainkan juga ruang ekspresi solidaritas dan perlawanan.
Diperkirakan, aksi serupa akan terus berlanjut hingga etape terakhir di Madrid, Minggu (21/09/2025). Untuk itu, otoritas Spanyol menyiapkan tambahan 1.500 polisi guna menjamin keamanan pebalap sekaligus mengantisipasi demonstrasi yang diprediksi semakin besar.
Dengan demikian, Vuelta a España 2025 bukan hanya tentang siapa yang finis tercepat, tetapi juga tentang bagaimana dunia olahraga ikut menjadi saksi sekaligus bagian dari perdebatan moral dan politik internasional. []
Diyan Febriana Citra.