Suhu Dingin Landa Pulau Jawa hingga NTT, Ini Penyebabnya

JAKARTA — Sejumlah wilayah di Indonesia bagian selatan khatulistiwa, seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, tengah dilanda suhu dingin yang mencolok terutama pada malam hingga pagi hari.

Fenomena ini dikenal secara lokal sebagai bediding, yakni udara dingin yang menusuk tulang saat musim kemarau.

Avita (25), warga Sukoharjo, Jawa Tengah, mengaku telah merasakan hawa dingin yang menusuk selama tiga hari terakhir.

> “Tadi subuh waktu berwudhu, terasa sangat dingin. Sampai terasa ngilu ke tulang,” kata Avita saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/7/2025).

“Rasa ngilunya justru paling terasa saat tidak beraktivitas. Semakin diam, semakin terasa nyerinya,” tambahnya.

Hal serupa disampaikan oleh Nafisa, warga Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia mengatakan angin malam yang kencang menambah rasa dingin pada udara yang memang sudah lebih sejuk dari biasanya.

“Kalau malam anginnya kenceng, jadi tambah dingin. Sekarang memang bulan-bulan dingin di Kupang,” ujar Nafisa.

Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramudawardani, menjelaskan bahwa fenomena bediding merupakan kejadian yang lazim terjadi saat puncak musim kemarau.

Menurutnya, udara dingin pada malam dan pagi hari adalah bagian dari proses alami atmosfer, dan bukan disebabkan oleh fenomena astronomi seperti Aphelion.

“Untuk tahun ini, potensi bediding diperkirakan akan berlangsung dari Juli hingga awal September 2025, seiring dengan puncak musim kemarau,” kata Ida, Rabu (9/7/2025).

Melalui unggahan resmi di Instagram @infobmkg, lembaga tersebut juga menegaskan bahwa Aphelion, yaitu posisi tahunan di mana Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari, tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap suhu permukaan, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia.

BMKG menyebut bahwa suhu dingin ekstrem yang dirasakan masyarakat saat ini disebabkan oleh tiga faktor utama:

1. Musim Kemarau dan Monsoon Australia

Indonesia saat ini memasuki musim kemarau yang ditandai dengan dominasi angin dari arah timur atau tenggara, dikenal sebagai Monsoon Australia. Angin ini bersifat kering dan membawa massa udara dingin dari Benua Australia ke wilayah selatan Indonesia.

2. Langit Cerah di Malam Hari

Kondisi langit yang cerah menyebabkan pelepasan panas dari permukaan Bumi ke atmosfer berlangsung lebih cepat, sehingga suhu di permukaan turun drastis pada dini hari.

3. Hujan Sporadis dan Awan Dingin

Hujan yang masih terjadi secara sporadis turut membawa udara dingin dari awan ke permukaan, serta mengurangi pemanasan maksimal oleh sinar matahari pada siang hari.

“Cuaca dingin ini merupakan hal yang wajar dan terjadi setiap musim kemarau, yakni sekitar bulan Juli hingga September,” jelas BMKG.

BMKG mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya dengan informasi simpang siur di media sosial yang menyebutkan bahwa suhu dingin disebabkan oleh fenomena luar angkasa.

Warga juga diminta untuk menyesuaikan aktivitas harian dengan kondisi cuaca dan menjaga kesehatan tubuh, terutama saat malam dan pagi hari. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *