Sungai di Pedalaman Barut Tercemar
MUARA TEWEH – Sebuah hasil penelitian mengejutkan tentang kualitas air sungai dikeluarkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Barito Utara (Barut), Kalimantan Tengah (Kalteng). Penelitian yang dilakukan hingga Mei 2014 itu menemukan bahwa air sungai Barut telah tercemar.
Untung saja pencemaran yang terjadi masih dalam kategori ringan. “Kualitas bahan baku air daerah ini tidak memenuhi syarat, namun masih dalam tahap toleransi atau harus diolah dulu,” kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Barut, Tenggara di Muara Teweh, Rabu (24/06/2014).
Menurut Tenggara, penelitian saat musim hujan atau air sungai naik tersebut dilakukan di sejumlah titik kawasan pedalaman Sungai Barito dan anak sungainya meliputi Sungai Teweh, Sungai Lahei dan Sungai Montallat.
Untuk kawasan Sungai Barito, kata dia, dilakukan pengambilan sampel air di wilayah hulu yakni di Kecamatan Lahei Barat, kemudian di bagian tengah di Muara Teweh dan hilir di Kecamatan Montallat.
“Dalam pemeriksaan sampel air dan kualitas limbah tersebut sejak tahun 2010 telah dilakukan sendiri yakni dengan difungsikannya unit pelakana teknis badan (UPTB) laboratorium milik pemerintah daerah sehingga tidak perlu keluar daerah lagi,” katanya.
Tenggara mengatakan, air pedalaman Sungai Barito di wilayah Kalimantan Tengah hingga saat ini masih menjadi bahan baku air PDAM di Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara dan beberapa kabupaten lainnya.
Namun saat ini kualitas air sungai sudah tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi langsung atau masih tercemar ringan dengan kategori sesuai polutan indeks (PI).
“Air itu bisa dikonsumsi asal dengan pengolahan di antaranya direbus dulu atau disimpan di penampungan guna menurunkan tingkat kekeruhan,” katanya.
Sungai Barito mengalir dari hulu di pedalaman Kalimantan Tengah dan bermuara di Kalimantan Selatan sepanjang 900 kilometer. Ketika air sungai naik atau hujan, tingkat kekeruhan sangat tinggi, namun kandungan bahan kimia dan logam cenderung turun.
Sebaliknya ketika debit air sungai surut atau kemarau tingkat kekeruhan rendah sedangkan kandungan bahan berbahaya bagi kesehatan relatif tinggi.
“Hasil pengujian air Sungai Barito dalam empat tahun terakhir menunjukkan bahwa kandungan bahan kimia yang berbahaya seperti merkuri tak terdeteksi, mungkin masih ada namun turun atau di bawah baku mutu,” kata Tenggara. [] RedHP/Ant