Sungai Mentaya Alami Pendangkalan
SAMPIT – Salah satu faktor penghambat arus transportasi kapal barang di Pelabuhan Laut Bagendang Kecamatan Mentaya Hilir Utara Kabupaten Kota Waringin Timur (Kotim), adalah masih adanya sejumlah alur Sungai Mentaya yang dangkal. Hal ini menyebabkan banyak kapal besar yang tidak bisa masuk ke Sungai Mentaya. Sebab itu, ke depan alur-alur sungai yang masih dangkal perlu dikeruk.
GM PT Pelindo III Sampit M Taufik Hardjanto mengungkapkan, masih dangkalnya alur Sungai Mentaya membuat kegiatan transportasi kapal barang menjadi kurang maksimal. Padahal, jika kapal-kapal besar ini bisa masuk, diperkirakan arus barang akan meningkat dan biaya pengiriman barang bisa ditekan.
“Pada dasarnya biaya yang dikeluarkanoleh kapal besar maupun kapal kecil untuk kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Bagendang tidak begitu jauh berbeda. Sehingga jika kapal besar bisa masuk, maka volume barang yang dibawa bisa lebih banyak dan ini dapat menekan biaya pengiriman barang,” terang Taufik Hardjanto, belum lama ini.
Sebab itu, pihaknya mengharapkan peran Pemkab Kotim maupun instansi terkait lainnya, termasuk dukungan Pemerintan Pusat untuk mengalokasikan anggaran pengerukan alur Sungai Mentaya yang masih dangkan di beberapa titik.
Saat ini, arus keluar masuk kapal barang juga masih sangat tergantung dari pasang surut. Saat air Sungai Mentaya surut, banyak kapal yang tidak berani masuk atau keluar Sungai Mentaya, karena dikhawatirkan kandas. Seperti jadwal kedatangan dan keberangkatan kapal-kapal penumpang yang biasa merapat di Pelabuhan Sampit, juga sangat bergantung pada pasang surut.
Sebelumnya saat rombongan Komisi V DPR RI mengunjungi Pelabuhan Sampit, mereka berjanji akan memperjuangkan agar pengerukan alur Sungai Mentaya menjadi prioritas. Karena potensi ekonomi di Kotim dinilai sangat besar. Selain tingginya arus kapal dagang dan kapal penumpang, juga kapal-kapal yang membawa CPO milik perusahaan perkebunan kelapa sawit cukup banyak. Belum lagi kapal-kapal yang mengangkut hasil tambang. [] KTP