Syarifatul: Tidak Boleh Ada Kampung Tertinggal karena Tanpa Listrik

ADVERTORIAL – Keterbatasan akses listrik di sejumlah kampung di Kabupaten Berau kembali menjadi sorotan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur (Kaltim) menilai, masalah ini bukan sekadar persoalan infrastruktur, tetapi hambatan serius yang menghambat peningkatan kualitas hidup masyarakat di pedalaman.
Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Syarifatul Syadiah, menegaskan bahwa di tengah era digital, masih ada warga yang harus hidup dalam kegelapan atau bergantung pada genset dengan biaya operasional yang tinggi. Kondisi tersebut, kata dia, sangat membebani kehidupan sehari-hari. “Bayangkan, di era digital seperti sekarang, masih ada kampung yang harus hidup dalam kegelapan atau bergantung pada genset dengan biaya bahan bakar yang mahal. Ini jelas sangat memberatkan warga,” ucapnya, Rabu (20/08/2025).
Menurutnya, listrik merupakan kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi negara. Keluhan mengenai ketiadaan listrik hampir selalu muncul setiap kali DPRD melakukan kunjungan kerja ke pelosok. “Listrik bukan hanya soal terang di malam hari, tetapi juga berkaitan dengan akses pendidikan, layanan kesehatan, hingga peluang ekonomi masyarakat. Karena itu, percepatan pemerataan listrik harus segera dilakukan,” tegas Syarifatul.
Sebagai langkah konkret, Komisi III DPRD Kaltim akan mengagendakan pertemuan dengan PLN Unit Induk Distribusi (UID) Kaltimra. Pertemuan itu ditujukan untuk menyusun strategi percepatan sambungan listrik desa, terutama di wilayah Berau yang masih tertinggal. Targetnya, seluruh kampung di Berau dapat teraliri listrik paling lambat pada 2027, sesuai dengan program elektrifikasi desa yang telah disusun bersama pemerintah provinsi dan PLN.
DPRD menekankan bahwa kehadiran listrik bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan fondasi bagi kesejahteraan warga. Energi listrik diyakini mampu membuka peluang ekonomi baru, memperkuat layanan publik, serta memberi ruang generasi muda desa untuk berkembang. “Keberadaan listrik akan mengubah wajah desa. Bukan hanya menerangi rumah, tapi juga menerangi masa depan masyarakat di pedalaman,” tutup Syarifatul. []
Penulis: Selamet | Penyunting: Aulia Setyaningrum