Tabrak Lari Lansia di Jakut, Tersangka Terekam Berbelanja Meski Minta Penangguhan

JAKARTA – IV (65), tersangka dalam kasus tabrak lari yang menewaskan seorang lansia berinisial S (82), diketahui sempat berbelanja seorang diri di pasar dalam kondisi sehat.

Hal tersebut diungkapkan oleh anak korban, Haposan, usai menghadiri sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Kamis (7/8/2025).

Menurut Haposan, IV sebelumnya mengajukan permohonan penangguhan penahanan dengan alasan memiliki riwayat penyakit.

Namun, ia mengaku memergoki langsung IV tengah berbelanja tanpa pendamping dan tampak sehat.

“Padahal dari sidang pertama kemarin, saya sudah bertemu orang ini sedang berbelanja di pasar, sendiri, dalam keadaan sehat walafiat dan membawa belanjaan,” ujar Haposan kepada wartawan.

Ia bahkan sempat merekam pertemuan tersebut dalam sebuah video.

Dalam rekaman yang ditunjukkan kepada awak media, IV tampak mencoba membela diri saat dipergoki oleh Haposan.

“Saya ketemu dia di pasar, saya videokan karena saya lihat beliau asyik belanja dan dia malah bilang sedang ada keperluan,” kata Haposan.

Haposan menilai, sejak awal kejadian, IV tidak menunjukkan iktikad baik kepada keluarga korban.

“Kalau orang sakit kan bukan begitu. Di mana iktikad baiknya? Bukannya bicara baik kepada kami, malah menghindar sambil jawabannya seperti itu,” ujarnya.

Insiden tabrak lari terjadi pada Jumat (9/7/2025) pagi di Jalan Perumahan Taman Grisenda, RW 10, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Saat itu, korban S sedang berolahraga pagi di pinggir jalan kompleks perumahan.

Tiba-tiba, mobil yang dikendarai IV datang dari arah belakang dan menabraknya.

“Terlihat dari rekaman CCTV kompleks, ada beberapa titik yang memperlihatkan mobil pelaku menabrak papah saya. Mobil sempat berhenti sebentar, lalu melaju lagi,” jelas Haposan.

Seorang saksi di lokasi langsung melapor ke pihak sekuriti perumahan. Petugas keamanan kemudian menelusuri kendaraan pelaku dan menemukannya terparkir di sebuah area ruko tak jauh dari lokasi kejadian.

Saat dimintai keterangan oleh sekuriti, IV awalnya mengelak dan mengaku hanya menabrak tiang.

Namun, setelah Ketua RW setempat mendesak agar IV kembali ke lokasi kejadian, kebohongan itu terbongkar.

“Akhirnya dia dipaksa datang ke TKP, yang jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh. Papah saya sudah tergeletak dalam kondisi berdarah-darah, tapi dia masih saja berbelit-belit,” lanjut Haposan.

Korban sempat dilarikan ke rumah sakit dan dirawat secara intensif di ruang ICU. Namun, setelah tiga hari mendapat perawatan, nyawa korban tak terselamatkan. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *