Tak Menikah di Kepala Tiga, Yuki Kato: Aku Masih Bahagia

JAKARTA — Aktris Yuki Kato membagikan pandangan reflektifnya terkait usia 30 tahun dan tekanan sosial seputar pernikahan yang kerap dialamatkan kepadanya.

Dalam pernyataan yang disampaikannya di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/6/2025), Yuki menegaskan bahwa memasuki usia kepala tiga bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah awal yang membuka banyak kemungkinan baru.

“Awalnya sih takut banget ya, belum menikah di umur 30 tahun. Rasanya kayak memasuki kepala tiga tuh gimana banget,” tutur Yuki dengan jujur.

Namun seiring waktu, perempuan berdarah Indonesia–Jepang itu mengakui bahwa rasa takut tersebut ternyata tidak beralasan.

Yuki mengaku kini tengah melakukan perombakan cara pandang terhadap standar sosial mengenai perempuan dan usia pernikahan.

“Ternyata gak semenakutkan itu. Justru, kayaknya aku mau ubah perspektif itu,” ujarnya.

“Aku belum menikah di kepala tiga, kayak kenapa? Apa yang menyeramkan dari itu?”

Lebih lanjut, Yuki menyampaikan bahwa yang jauh lebih patut dikhawatirkan adalah jika seseorang belum bisa hidup mandiri dan mencintai dirinya sendiri.

“Menyeramkan itu kalau kita tidak bisa hidup sendiri, tidak bisa mencintai diri sendiri, dan masih bergantung pada orang lain,” ujarnya mantap.

Sebagai seorang seniman yang telah mengawali karier sejak belia, Yuki menyatakan bahwa dirinya masih menyimpan banyak mimpi yang ingin dicapai. Ia menolak untuk menjadikan pernikahan sebagai satu-satunya tujuan hidup seorang perempuan.

“Banyak banget mimpi yang masih mau aku wujudkan. Aku gak sabar buat ngejar itu satu-satu,” ucap bintang Heart Series itu dengan penuh semangat.

Yuki juga mengingatkan masyarakat agar tidak menjadikan usia atau status pernikahan sebagai tolok ukur kebahagiaan.

“Jangan dibikin patokan ya, guys. Karena menurut aku, jalannya orang beda-beda. Alurnya setiap orang dalam menemukan jodoh dan menuju jenjang pernikahan juga berbeda-beda,” imbuhnya.

Pernyataan Yuki mencerminkan keberanian seorang perempuan muda yang memilih untuk hidup sesuai dengan prinsip dan ritme pribadinya.

Dalam masyarakat yang masih kerap menyematkan harapan konvensional pada perempuan—khususnya mengenai usia dan status pernikahan—Yuki tampil sebagai representasi generasi yang berani mendefinisikan kebahagiaan secara mandiri.

Dengan pandangan ini, Yuki Kato tidak hanya menunjukkan kematangan pribadi, tetapi juga menyuarakan pesan kuat tentang pentingnya menerima perjalanan hidup masing-masing, tanpa harus tunduk pada tekanan sosial yang kerap tidak relevan dengan realitas. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *