Tolak Jadi Momok Kegagalan Adipura
Dinas Pasar juga mengelak jadi biang kerok kegagalan Samarinda meraih piala Adipura. Pengelolaan sampah pasar disebut telah dilakukan dengan baik. Poin penilaian Adipura terhadap pasar pun diklaim tinggi. Makanya, Kepala Dinas Pasar Samarinda Sulaiman Sade heran jika sampah dari Pasar Segiri disebut momok Kota Tepian tak memperoleh penghargaan kota bersih tersebut. “Nilai pasar sudah tinggi.
Soal sampah, apakah masih ada yang dibuang ke sungai? Coba nanti saya cek dulu,” ucap Sade ketika ditemui kemarin (8/6). Dikatakan, Dinas Pasar telah memberi wanti-wanti dalam pengelolaan sampah. Apalagi saat ini pasar telah mendapat fasilitas tempat pembuangan sementara (TPS). “Kalau memang begitu, saya marahin. Jangan sampai demikian,” terangnya. Kembali ditegaskan Sade, pasar telah menjalankan manajemen pengelolaan sampah yang penerapannya diklaim bagus. Turut bergulir pula rencana program daur ulang sampah dari TPS pasar. Kendati demikian, usulan ini masih perlu kajian terkait untung-ruginya.
“Kebutuhan biaya cukup besar. Kalau tak menguntungkan, lebih baik dikumpulkan saja,” sebut Sade. Meski demikian, Sade menegaskan pasar-pasar di Samarinda bersih semua, tergambar dari nilai bagus dalam penilaian Adipura untuk fisik. Menurutnya, faktor utama kegagalan Kota Tepian meraih Adipura adalah kondisi cuaca. Tapi dia belum dapat memastikan, termasuk nilai pasar yang disebutnya tinggi. “Nilai sudah saya perhatikan. Dan, untuk semua pasar nilainya tinggi,” klaimnya. Di Samarinda, pasar yang jadi lokasi penilaian Adipura terdiri dari Pasar Segiri, Pasar Sungai Dama, dan Pasar Pagi. Untuk nama terakhir, Sade mengakui jika ada sedikit persoalan. Di Pasar Pagi, pemilahan antara sampah kering dan sampah basar belum optimal. “Kami sedang mencari lokasi, tapi yang luas enggak ada.
Ada lahan kecil, bahkan harus jemput bola,” sebut dia. Dijelaskan, jadwal pembuangan sampah di Pasar Pagi pun teratur. Pembuangan dilakukan tepat waktu seiring jadwal truk pengangkut. Tapi, sampah baru tetap saja tampak di luar jadwal pembuangan. Ini disebabkan warga sekitar pasar yang kerap buang sampah tak sesuai jadwal. “Di luar tiga pasar ini pun terus kami benahi. Seperti di Samarinda Seberang yang sedang pembangunan. Ada juga di Palaran hingga Pasar Kedondong.
Tanggal 23 (Juni) nanti akan ada peresmian,” imbuhnya. Seperti diketahui, status Samarinda sebagai ibu kota provinsi belum dapat menjadi barometer bagi kabupaten/kota lain di Kaltim. Soal kebersihan, Samarinda justru kalah dari tetangga yang langganan Piala Adipura seperti Balikpapan dan Bontang. Tahun ini, tetangga dekat, Kutai Kartanegara turut berhasil mendapat penghargaan Adipura.
Poin Samarinda tahun ini jatuh karena baku mutu air sungai yang tak sesuai standar. Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim Riza Indra Riadi mengatakan, anjloknya poin tak lepas dari persoalan banjir dan sampah yang masih merisaukan. Padahal, penilaian secara fisik, ibu kota Kaltim sudah bagus. Apalagi terhadap TPA Sambutan yang menerapkan sanitary landfill.
Sementara Wakil Wali Kota Nusyirwan Ismail mengakui Samarinda susah terangkat dapat Adipura karena belum banyak melakukan perubahan terhadap persoalan pasar. Ini menuntut kerja ekstra Pemkot. Faktor yang diyakini bikin kualitas air sungai buruk adalah pembuangan sampah dari Pasar Segiri yang masif.
Adapun penilaian Adipura dilakukan dengan pembobotan 20 persen untuk nonfisik dan 80 persen untuk fisik. Penilaian nonfisik meliputi data umum seperti jumlah penduduk dan luas wilayah. Ada pula institusi, manajemen dan partisipasi masyarakat. Sedangkan penilaian fisik, terdiri dari permukiman, fasilitas kota, transportasi, perairan terbuka, fasilitas kebersihan, hingga pantai wisata.
Adapun tren Adipura di Kaltim sejak 2009, Bontang selalu dapat piala ini, sementara Balikpapan hanya lepas pada 2011. Masuk kategori sedang karena penduduk tak lebih 500 ribu, prestasi terbaik Kota Taman didapat pada 2013 ketika meraih Adipura Kencana bersama Balikpapan. Selain dua kota ini, Tarakan juga mencatatkan prestasi bagus. Sejak 2009, Tarakan meraih empat kali Adipura. Gagal pada 2011 dan 2014. Sementara PPU, dua tahun berturut-turut meraih gelar bergengsi ini setelah dapat piagam pada 2011-2012. Terakhir, Kukar yang pertama kali dapat Adipura sejak 1996 silam.
Sementara dalam pemberitaan kemarin, Kepala DKP Samarinda Sugeng Chairuddin menyebut, upaya DKP mendongkrak poin Samarinda untuk mendapat Adipura sudah bagus. Tergambar dari banyaknya proyek taman yang terus bergulir. Belakangan telah dioperasikan dua speedboat yang menyisir sampah di Sungai Karang Mumus mulai Jembatan I hingga III. Terkadang penyisiran juga dilakukan hingga Pasar Segiri yang turut juga membelakangi sungai. Di sisi lain, peraturan daerah mengatur pembagian kewenangan kawasan sampah. Sampah berasal dari pasar, disebut kewenangan Dinas Pasar. [] RedFj/KP