Tradisi Sewu Sempol di Kudus: Sedekah Kubur dan Doa Bersama Sambut Ramadan

KUDUS – Menjelang bulan suci Ramadan, warga Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, kembali menggelar tradisi Sewu Sempol pada Kamis (20/2/2025).
Tradisi turun-temurun ini merupakan bentuk sedekah kubur yang dilaksanakan di Punden Masin, tepatnya di Makam Kramat Masin. Makam tersebut diyakini sebagai tempat peristirahatan Raden Ayu Dewi Nawangsih dan Raden Bagus Rinangku, yang dihormati oleh masyarakat setempat.
Sejak pagi, warga mulai berdatangan ke lokasi dengan membawa ingkung ayam sebagai bentuk persembahan. Mereka berbondong-bondong memasuki area Punden Masin untuk mengikuti rangkaian doa bersama. Sebelum doa dimulai, setiap peserta meletakkan satu sempol ingkung ayam yang telah dipotong di depan makam. Suasana berlangsung khidmat dengan warga yang khusyuk mengikuti prosesi.
Tidak hanya warga Desa Kandangmas yang hadir dalam tradisi ini, masyarakat dari berbagai daerah di sekitar Kudus juga turut meramaikan acara. Salah satunya adalah Mohadi, warga Desa Sukolilo, yang mengaku mengetahui tradisi ini dari kerabatnya di Kudus. Ia pun baru pertama kali mengikuti ritual ini bersama keluarganya.
Ketua Pengurus Makam Kramat Masin, Sumartono, menjelaskan bahwa tradisi Sewu Sempol dilaksanakan dua kali dalam setahun. Pertama, pada bulan Ruwah, tepatnya Kamis di pekan terakhir, sebagai hajat masyarakat Desa Kandangmas, khususnya Dukuh Masin. Kedua, pada bulan Besar dalam rangka haul Mbah Masin yang jatuh pada tanggal 14 Besar.
Kepala Desa Kandangmas, Shofwan, menyebut bahwa tradisi Sewu Sempol merupakan wujud penghormatan kepada leluhur sekaligus sarana menyambut Ramadan dengan harapan mendapatkan berkah.
“Setiap tahun tradisi ini digelar tanpa mengurangi susunan acara. Semoga segala hajat masyarakat dikabulkan dan kegiatan ini terus bermanfaat bagi semua,” ujarnya.
Plt Camat Dawe, Zainal Arifin, menegaskan pentingnya melestarikan tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya yang sarat nilai spiritual.
“Kita harus terus nguri-uri budaya leluhur agar tetap lestari. Melalui doa-doa yang dipanjatkan, semoga semua harapan masyarakat dapat terkabul dan diridai Allah,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Mutrikah, menambahkan bahwa tradisi Sewu Sempol mencerminkan nilai gotong royong dan kearifan lokal masyarakat Kudus. Oleh karena itu, pihaknya terus mendorong pelestarian tradisi ini agar tetap menjadi bagian dari identitas budaya daerah. []
Nur Quratul Nabila A