Tragedi Ciujung: Bocah 13 Tahun Tewas Terseret Arus
JAKARTA – Upaya pencarian terhadap Takmudin (13), pelajar yang dilaporkan hilang di aliran Sungai Ciujung, Kabupaten Lebak, akhirnya berujung pada kabar duka. Setelah melakukan penyisiran sejak Selasa (09/12/2025), tim SAR gabungan berhasil menemukan remaja tersebut dalam keadaan tak bernyawa. Kabar itu disampaikan langsung oleh Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Banten, Al Amrad, dalam pernyataan resmi, Rabu (10/12/2025). “Tim SAR gabungan menemukan korban dalam keadaan meninggal dunia,” ujarnya.
Lokasi penemuan korban berada sekitar satu kilometer dari titik awal hilang. Menurut Al Amrad, proses pencarian pada hari kedua dilakukan dengan menyisir aliran sungai menggunakan perahu karet, sementara sebagian tim lain melakukan pemantauan dari tepian sungai yang disebut memiliki arus cukup deras. “Sekitar satu kilometer dari lokasi kejadian,” kata Al Amrad menegaskan.
Sungai Ciujung, yang membentang di Desa Citapis, Kecamatan Karanganyar, dikenal sebagai salah satu aliran sungai yang sering dimanfaatkan warga untuk mandi, bermain air, atau memancing. Namun, kondisi cuaca yang belakangan kerap berubah serta meningkatnya debit air membuat wilayah tersebut rawan terjadi kecelakaan, terutama pada musim penghujan.
Sebelumnya, informasi hilangnya Takmudin disampaikan oleh Plt Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Lebak, M. Gunawan. Ia menjelaskan bahwa kejadian bermula ketika korban dan empat rekannya memutuskan berenang di sungai sepulang sekolah. Tanpa disadari, arus sungai saat itu cukup kuat sehingga menyeret salah satu dari mereka. “Namun satu anak diduga terseret arus,” jelas Gunawan kepada wartawan.
Insiden itu sontak mengundang perhatian warga sekitar, yang ikut melakukan upaya pencarian awal sebelum akhirnya tim SAR gabungan tiba di lokasi. Upaya tersebut kemudian dilanjutkan dengan metode pencarian standar, termasuk penyisiran permukaan air, observasi tepi sungai, dan penggunaan perahu karet untuk mencapai area-area yang sulit dijangkau.
Hingga penemuan korban, puluhan personel SAR, BPBD, aparat setempat, dan masyarakat terlibat dalam operasi tersebut. Meski Takmudin akhirnya ditemukan, warga mengaku terpukul atas kejadian ini karena korban dikenal sebagai anak yang ramah dan aktif bermain bersama teman-temannya di lingkungan desa.
Tragedi ini kembali menjadi pengingat pentingnya pengawasan terhadap aktivitas anak-anak di sungai atau wilayah perairan terbuka. Sungai Ciujung, yang pada waktu-waktu tertentu terlihat tenang, ternyata dapat berubah berbahaya dalam hitungan menit akibat naiknya debit air atau perubahan arus yang tidak terduga.
Setelah proses evakuasi, jenazah korban dibawa ke rumah duka untuk dimakamkan. Pihak keluarga menerima kabar tersebut dengan penuh kesedihan. Aparat setempat mengimbau warga agar lebih berhati-hati dalam berkegiatan di sekitar sungai, terutama bagi anak-anak yang kerap menjadikan aliran sungai sebagai tempat bermain seusai sekolah. []
Siti Sholehah.
