Tragis, Tukang Ojek di Ende Tewas Dianiaya Oknum Polisi
 
                ENDE – Kematian tragis menimpa seorang warga Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), bernama AD, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek. Pria asal Kelurahan Paupire, Kecamatan Ende Tengah, itu meninggal dunia usai terlibat perkelahian dengan seorang oknum anggota Polres Ende berinisial OSC. Peristiwa ini terjadi hanya beberapa hari sebelum AD dijadwalkan pulang ke Kalimantan untuk berkumpul kembali dengan istri dan anak-anaknya.
Antonius Kapo, paman korban, menuturkan bahwa AD telah membeli tiket kapal laut dan berencana berangkat pada 5 November mendatang. “Rencananya dia mau kembali ke Kalimantan tanggal 5 November ini, menyusul istri dan dua anaknya di sana,” ujar Antonius saat ditemui di rumah duka di belakang Kampus I Universitas Flores (Uniflor) Ende, Kamis (30/10/2025) malam.
Menurut Antonius, selama dua bulan terakhir AD menetap di Ende dan bekerja sebagai tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. “Anaknya tiga orang. Selama di sini korban ojek,” tambahnya dengan nada sedih.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, insiden bermula pada Rabu (29/10/2025) malam, ketika AD dan OSC sama-sama menghadiri sebuah acara di Jalan Sam Ratulangi, Kelurahan Rewarangga Selatan, Kecamatan Ende Timur. Diduga keduanya berada dalam pengaruh minuman keras hingga terlibat cekcok yang berujung pada penganiayaan terhadap AD. Akibat luka yang cukup parah, korban sempat dibawa ke RSUD Ende, namun nyawanya tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pada Kamis sore.
Kapolres Ende, AKBP Joni Mahardika, membenarkan bahwa pelaku telah diamankan. “Itu penganiayaan dan korban sempat dirawat di RSUD, kemudian meninggal tadi sore di RSUD. Besok pagi kita press release ya,” kata Joni Mahardika. Ia menambahkan, pihaknya akan melakukan pendalaman untuk memastikan apakah ada pihak lain yang turut terlibat dalam peristiwa tersebut. “Hasil sementara hanya oknum anggota ini dan yang bersangkutan sudah ditahan, namun tetap akan didalami lagi jika ada pelaku lain yang terlibat,” tegasnya.
Kasus ini menimbulkan duka mendalam bagi keluarga korban dan menjadi sorotan publik terkait perilaku aparat penegak hukum. Warga berharap penyelidikan dilakukan secara transparan dan pelaku mendapat hukuman sesuai dengan tindakannya. “Kami hanya minta keadilan untuk keponakan kami. Dia tidak pantas mati seperti ini,” ujar Antonius lirih.
Sementara itu, Lurah Rewarangga Selatan, Nani Toro, mengaku belum menerima laporan resmi terkait kejadian tersebut. “Saya baru tahu dari berita media. Tidak ada laporan dari RT setempat,” katanya saat menghadiri Festival Pangan Lokal di Lapangan Perse, Kamis malam.
Kasus penganiayaan yang menewaskan AD menambah daftar panjang pelanggaran etik dan pidana oleh oknum aparat di daerah. Kejadian ini menjadi peringatan keras bagi institusi kepolisian agar memperkuat pengawasan internal dan memastikan setiap anggotanya menjunjung tinggi disiplin serta nilai-nilai kemanusiaan dalam bertugas maupun berperilaku di masyarakat. []
Siti Sholehah.

 
                                         
                                         
                                         
                                         
                                         
                                        