Trump Buka Peluang Dialog Baru dengan Kim Jong Un
WASHINGTON DC — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan kesiapannya untuk bertemu kembali dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, selama kunjungannya ke Asia pekan ini. Trump mengaku memiliki hubungan baik dengan Kim dan tidak menutup kemungkinan memperpanjang perjalanannya demi pertemuan tersebut.
“Saya ingin sekali bertemu dengannya jika dia mau. Hubungan saya dengan Kim Jong Un sangat baik. Saya menyukainya. Dia menyukai saya,” ujar Trump kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan Air Force One dalam penerbangan menuju Jepang, Senin (27/10/2025).
“Jika dia ingin bertemu, saya akan berada di Korea Selatan,” lanjut Trump, menegaskan keterbukaannya terhadap kemungkinan pertemuan itu.
Trump juga menambahkan bahwa dirinya siap memperpanjang masa kunjungan di Asia bila Kim Jong Un bersedia melakukan dialog langsung. “Memperpanjang jadwal adalah masalah yang sangat sederhana,” katanya.
Pernyataan tersebut muncul hanya beberapa hari setelah Trump menegaskan kembali niatnya untuk berkomunikasi dengan pemimpin Korea Utara, tokoh yang pernah ia temui tiga kali selama masa kepresidenan sebelumnya. “Saya akan melakukannya jika dia mau menghubungi,” ucap Trump pada Jumat (24/10/2025), seperti dikutip dari The Hill.
Dengan gaya khasnya, Trump bahkan menyindir keterbatasan infrastruktur komunikasi Korea Utara. “Mereka tidak memiliki banyak layanan telepon. Mereka punya banyak senjata nuklir, tetapi tidak banyak layanan telepon. Saya terbuka untuk itu,” ujarnya.
Trump dijadwalkan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Gyeongju, Korea Selatan, pada 29–30 Oktober 2025. Namun, agenda diplomatiknya berpotensi berubah jika pertemuan dengan Kim Jong Un benar-benar terjadi.
Sumber diplomatik di Seoul menyebutkan bahwa permintaan mendadak dari pihak AS kepada otoritas bandara Korea Selatan untuk penggunaan landasan pacu pada sore hari tanggal 30 Oktober dianggap sebagai langkah antisipasi jika terjadi pertemuan dadakan antara kedua pemimpin tersebut.
Meskipun belum ada konfirmasi dari Pyongyang, sejumlah analis menilai momentum ini dapat membuka kembali jalur komunikasi yang selama ini tertutup sejak masa pemerintahan Presiden Joe Biden. Namun, kemungkinan pertemuan masih dipengaruhi oleh agenda Kim Jong Un yang saat ini sedang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Choe Son-hui dalam kunjungannya ke Rusia dan Belarus hingga 29 Oktober.
Trump dan Kim terakhir bertemu pada 30 Juni 2019 di Zona Demiliterisasi (DMZ) antara Korea Utara dan Korea Selatan. Pertemuan singkat itu terjadi setelah dua kali pertemuan sebelumnya, yakni di Singapura pada 12 Juni 2018 dan di Hanoi pada 27–28 Februari 2019.
Meskipun menghasilkan kesepahaman untuk menuju denuklirisasi Semenanjung Korea, negosiasi tersebut berakhir tanpa kesepakatan konkret. Perbedaan pandangan mengenai pencabutan sanksi ekonomi dan penghentian program nuklir membuat pembicaraan terhenti.
Kini, keinginan Trump untuk membuka kembali komunikasi dengan Kim Jong Un dianggap sebagai sinyal bahwa mantan presiden itu masih berupaya menegaskan pengaruhnya di panggung diplomasi Asia Timur — terutama menjelang dinamika politik baru di kawasan tersebut. []
Siti Sholehah.
