Trump dan PM Qatar Bertemu di Tengah Ketegangan Gaza

NEW YORK – Situasi diplomasi di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara ke Doha, Qatar, pada Selasa (09/09/2025). Insiden yang menewaskan enam orang itu memicu kekhawatiran serius mengenai stabilitas kawasan, apalagi serangan tersebut disebut menargetkan pertemuan delegasi Hamas yang tengah membahas proposal gencatan senjata di Gaza.
Di tengah ketegangan ini, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di New York pada Jumat (12/09/2025) malam waktu setempat. Pertemuan yang berlangsung secara tertutup itu dipandang sebagai upaya penting bagi Qatar untuk mengamankan dukungan politik sekaligus militer dari Washington.
Hingga saat ini, detail agenda resmi pertemuan kedua pemimpin tersebut belum diumumkan. Lokasi pertemuan pun dirahasiakan dengan alasan keamanan. Kendati begitu, sejumlah analis menilai diskusi akan berpusat pada dua hal: tanggapan AS terhadap agresi Israel, serta keberlanjutan peran Qatar sebagai mediator dalam konflik Gaza.
Sebelum terbang ke New York, Sheikh Mohammed lebih dulu mengadakan serangkaian pertemuan di Washington dengan Wakil Presiden AS JD Vance dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio. Dalam pertemuan itu, ia menekankan pentingnya menjaga kerja sama pertahanan strategis AS-Qatar yang selama ini didukung keberadaan pangkalan militer Al Udeid fasilitas militer terbesar AS di kawasan Timur Tengah.
Serangan Israel ke Doha menimbulkan pertanyaan serius mengenai keamanan pangkalan tersebut. Banyak pihak menilai langkah Israel bukan hanya ancaman bagi Qatar, tetapi juga dapat memicu gesekan diplomatik dengan Washington.
Presiden Trump sebelumnya secara terbuka menyampaikan ketidakpuasannya atas tindakan Israel. “Apalagi serangan itu ditengarai untuk menggagalkan pembicaraan gencatan senjata di Gaza,” kata Trump kepada media. Pernyataan itu menunjukkan adanya ketegangan antara Washington dan Tel Aviv, meski AS selama ini dikenal sebagai sekutu utama Israel.
Namun, hingga kini pemerintahan Trump belum merilis sikap resmi terkait langkah lanjutan terhadap Israel. Hal ini menjadikan pertemuan dengan Sheikh Mohammed sebagai momen strategis, bukan hanya untuk membicarakan potensi gencatan senjata, tetapi juga untuk mempertegas arah kebijakan luar negeri AS di kawasan Teluk.
Bagi Qatar, diplomasi ini menjadi krusial untuk memperkuat legitimasi internasional sekaligus mendapatkan jaminan keamanan dari sekutunya. Dengan posisi sebagai mediator dalam isu Gaza, Qatar berusaha menunjukkan peran konstruktifnya sekaligus menekan Israel agar menghentikan aksi sepihak.
Keputusan yang lahir dari pertemuan di New York diperkirakan akan memberi pengaruh besar, baik terhadap dinamika konflik Gaza maupun keseimbangan geopolitik di Timur Tengah. []
Diyan Febriana Citra.