Trump Harap Upaya Damai Ukraina-Rusia Membawanya ke Surga

WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menarik perhatian publik melalui pernyataannya yang mengaitkan misi perdamaian dengan keyakinan spiritual.
Dalam wawancara di program “Fox & Friends” yang tayang di Fox News pada 19 Agustus 2025, Trump mengaku berharap upayanya membantu mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina dapat membuka jalan baginya menuju surga.
Dalam kesempatan itu, Trump menyinggung komunikasi terbarunya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin setelah pertemuan bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan sejumlah pemimpin Eropa di Gedung Putih.
“Saya ingin mengakhiri itu (perang). Anda tahu, kita tidak kehilangan nyawa warga Amerika … kita kehilangan sebagian besar tentara Rusia dan Ukraina,” ujar Trump, dikutip USA Today, Sabtu (23/8/2025).
Trump secara terbuka menambahkan bahwa perdamaian bisa menjadi alasan baginya untuk mendapat pengampunan dari sisi spiritual.
“Saya ingin mencoba dan masuk surga jika memungkinkan. Saya dengar saya tidak baik-baik saja. Saya benar-benar berada di posisi terbawah. Tetapi jika saya bisa masuk surga, ini akan menjadi salah satu alasannya,” katanya.
Selain menyinggung soal surga, Trump juga kembali mengaitkan hidupnya dengan keyakinan bahwa dirinya dilindungi Tuhan.
Ia merujuk pada insiden percobaan pembunuhan pada Juli 2024 ketika sebuah peluru hanya menyerempet telinganya.
Menurut Trump, keselamatannya adalah bentuk perlindungan Ilahi agar ia dapat terus menjalankan misi politiknya.
“Saya diselamatkan oleh Tuhan untuk membuat Amerika hebat kembali,” ujarnya.
Pernyataan kontroversial itu memunculkan berbagai tanggapan, termasuk di dalam Gedung Putih. Sekretaris Pers Karoline Leavitt menegaskan bahwa Trump tidak sedang bercanda.
“Saya pikir presiden serius,” tegas Leavitt dalam konferensi pers pada hari yang sama.
“Saya pikir presiden ingin masuk surga, seperti yang saya harap kita semua di ruangan ini juga.”
Komentar Trump tersebut menambah warna baru dalam dinamika politik internasional, mengingat keterlibatan AS selama ini lebih banyak diarahkan pada dukungan diplomatik serta pasokan bantuan ke Ukraina.
Dengan mengaitkan isu perdamaian global dengan dimensi spiritual, Trump seakan mencoba menegaskan bahwa kepemimpinannya tidak hanya ditujukan pada kepentingan politik, melainkan juga pada pencarian makna personal. []
Nur Quratul Nabila A