Trump Janjikan Dividen Rp 33 Juta di Tengah Shutdown AS
WASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuat gebrakan dengan mengumumkan rencana pemberian dividen bagi warga AS senilai sedikitnya US$ 2.000 atau sekitar Rp 33,3 juta per orang. Langkah tersebut diumumkan di tengah penutupan pemerintahan (shutdown) yang telah berlangsung lebih dari sebulan dan perang tarif yang masih ia kobarkan terhadap sejumlah negara mitra dagang utama AS.
Kebijakan ini disampaikan Trump melalui media sosial Truth Social, Minggu (09/11/2025) waktu setempat. Ia menyebut bahwa dividen tersebut akan diambil dari pendapatan hasil tarif impor yang selama ini menjadi bagian dari kebijakan ekonomi proteksionisnya.
“Dividen minimal US$ 2.000 per orang (tidak termasuk orang-orang berpenghasilan tinggi!) akan dibayarkan kepada semua orang,” tulis Trump dalam unggahannya.
Meski demikian, sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency, Senin (10/11/2025), rencana pembagian dividen itu belum dapat dilaksanakan karena masih harus mendapat persetujuan dari Kongres AS. Kebijakan tersebut pun menambah ketegangan politik di Washington, mengingat Kongres masih menemui jalan buntu dalam pembahasan anggaran yang memicu shutdown.
Kondisi ini diperparah dengan keputusan Mahkamah Agung AS yang mulai meninjau ulang legalitas kebijakan tarif Trump, apakah sejalan dengan konstitusi negara. Shutdown yang berkepanjangan juga telah menimbulkan dampak serius, termasuk terganggunya pembayaran bantuan makanan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menjelaskan bahwa dividen tersebut masih dalam tahap perumusan. “Dividen US$ 2.000 tersebut dapat diberikan dalam berbagai bentuk,” ujarnya kepada stasiun televisi ABC.
Ia menambahkan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan bentuk realisasi kebijakan itu, seperti pengurangan pajak, penghapusan pajak atas tip, dan penghapusan pajak untuk uang lembur.
Sementara itu, Trump tetap membela kebijakan tarifnya yang selama ini menuai banyak kritik, terutama dari kalangan ekonom dan oposisi di Kongres. “Orang-orang yang menentang tarif itu BODOH! Kita sekarang adalah negara terkaya dan paling disegani di dunia, dengan inflasi yang hampir tidak ada, dan harga saham yang memecahkan rekor,” kata Trump.
Trump juga mengklaim bahwa kebijakan tarif AS telah menghasilkan pendapatan triliunan dolar, yang menurutnya akan digunakan untuk mengurangi utang nasional. “Kita menerima triliunan dolar dan akan segera mulai melunasi UTANG SANGAT BESAR kita, US$ 37 triliun,” tegasnya.
Namun, sejumlah pengamat menilai janji dividen tersebut memiliki muatan politik yang kuat, terutama menjelang masa kampanye dan di tengah meningkatnya tekanan publik akibat shutdown yang membuat jutaan pegawai federal tidak menerima gaji.
Kritikus menilai, rencana pembagian dividen itu lebih bersifat populis ketimbang realistis secara fiskal, karena pelaksanaannya sangat bergantung pada restu Kongres yang saat ini masih terpecah antara Partai Republik dan Demokrat.
Dengan kondisi ekonomi yang mulai goyah dan kebijakan tarif yang terus menuai kontroversi, langkah Trump menjanjikan dividen kepada rakyat Amerika tampak seperti upaya untuk meredakan kemarahan publik sekaligus memperkuat citra politiknya di tengah krisis pemerintahan yang belum berakhir. []
Siti Sholehah.
