Trump Klaim Tewaskan 6 “Teroris Narkotika” di Perairan Venezuela

WASHINGTON DC — Ketegangan politik antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela kembali meningkat setelah Presiden Donald Trump mengumumkan serangan militer terhadap sebuah kapal yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkoba di perairan Karibia. Serangan mematikan tersebut menewaskan enam orang yang disebut sebagai anggota jaringan “teroris narkotika”.
Trump, dalam pernyataan resminya di platform media sosial Truth Social, mengklaim operasi itu sebagai bagian dari upaya AS memberantas jaringan kriminal transnasional yang beroperasi di wilayah Amerika Latin. “Di bawah wewenang tetap saya sebagai panglima tertinggi, pagi ini, Menteri Perang memerintahkan serangan kinetik mematikan terhadap sebuah kapal yang berafiliasi dengan Organisasi Teroris yang Ditetapkan (DTO) yang melakukan penyelundupan narkotika di wilayah tanggung jawab USSOUTHCOM — tepat di lepas pantai Venezuela,” tulis Trump.
Menurut Trump, serangan tersebut dilakukan berdasarkan hasil intelijen yang menunjukkan adanya keterlibatan kelompok teroris dalam aktivitas perdagangan narkoba lintas negara. “Intelijen mengonfirmasi bahwa kapal tersebut menyelundupkan narkotika, yang terkait dengan jaringan teroris narkotika ilegal,” sebutnya.
Sebuah video berdurasi 30 detik turut dibagikan oleh Trump, memperlihatkan detik-detik ledakan kapal di tengah laut setelah dihantam proyektil. “Serangan itu dilakukan di perairan internasional, dan enam pria teroris narkotika di atas kapal tersebut tewas dalam serangan itu. Tidak ada pasukan AS yang terluka,” tambahnya.
Serangan ini menjadi yang kelima dalam beberapa pekan terakhir, menandai meningkatnya aktivitas militer AS di kawasan Karibia. Washington diketahui telah mengerahkan sejumlah jet tempur F-35 ke Puerto Rico, delapan kapal perang, serta satu kapal selam bertenaga nuklir ke perairan utara Amerika Selatan.
Langkah agresif ini menimbulkan reaksi keras dari pemerintahan Venezuela yang menilai tindakan AS sebagai provokasi militer dan bentuk campur tangan terhadap kedaulatan negara lain. Presiden Nicolas Maduro sebelumnya telah menuduh AS berupaya menggulingkan pemerintahannya melalui tekanan ekonomi dan operasi militer terselubung.
Pada Agustus lalu, Washington bahkan menggandakan tawaran imbalan hingga US$50 juta bagi siapa pun yang memberikan informasi yang dapat mengarah pada penangkapan Maduro, yang dituduh memiliki hubungan dengan kartel narkoba. Maduro membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai “strategi politik” untuk melemahkan Venezuela di mata dunia internasional.
Sementara itu, pengamat keamanan internasional menilai serangan terbaru AS ini berpotensi memperburuk stabilitas di wilayah Karibia yang selama ini menjadi jalur strategis perdagangan dan transportasi maritim. Ketegangan yang meningkat antara Washington dan Caracas dikhawatirkan dapat memicu konflik diplomatik berkepanjangan di kawasan tersebut. []
Siti Sholehah.