Trump Rencanakan Penjualan Senjata Rp100 Triliun ke Israel

WASHINGTON – Rencana penjualan senjata besar-besaran Amerika Serikat (AS) ke Israel kembali memunculkan sorotan publik internasional. Pemerintahan Presiden Donald Trump dikabarkan tengah mengupayakan penjualan persenjataan senilai 6 miliar dolar AS atau hampir Rp100 triliun. Kabar ini diungkapkan Wall Street Journal (WSJ) dalam laporannya pada Jumat (19/09/2025).
Menurut laporan tersebut, paket penjualan mencakup 30 unit helikopter serang AH-64 Apache dengan nilai sekitar 3,8 miliar dolar AS serta 3.250 kendaraan tempur infanteri senilai 1,9 miliar dolar AS.
Rencana itu tidak bisa langsung dijalankan tanpa restu Kongres. WSJ menyebut, proposal awal sudah diajukan sekitar 30 hari sebelumnya. Namun, proses persetujuan diperkirakan tidak akan mulus mengingat situasi politik di Washington yang kerap memperdebatkan kebijakan luar negeri AS terhadap Israel.
Kendati demikian, Presiden Trump tampak tetap berkomitmen mendukung Israel. Padahal, ia sempat mengungkapkan kekecewaan atas serangan yang dilakukan Israel ke Doha, Qatar, pada 9 September 2025 lalu. “Presiden Donald Trump mengecam pelanggaran gencatan senjata oleh Israel di gedung Putih, Selasa (24/06/2025),” tulis WSJ.
Meski demikian, laporan tersebut menegaskan bahwa ketidakpuasan Trump terhadap langkah Israel tidak menghentikan niatnya melanjutkan penjualan senjata.
Salah satu catatan penting dari rencana ini adalah sumber pembiayaan. WSJ menuliskan, “Senjata-senjata itu akan dibiayai oleh pembiayaan militer asing yang disediakan AS, menurut dokumen tersebut. Israel membeli sebagian besar senjata buatan Amerika menggunakan dana pembayar pajak AS yang berasal dari miliaran dolar bantuan militer tahunan.”
Dengan demikian, dana publik Amerika akan kembali digunakan untuk memperkuat militer Israel. Realisasi penjualan, jika disetujui Kongres, diperkirakan membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun.
Rencana penjualan senjata ini terjadi di tengah sorotan dunia atas sikap AS terhadap konflik Gaza. Pada Kamis (18/09/2025), AS kembali memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang menyerukan gencatan senjata permanen di Jalur Gaza. Dari 15 anggota DK, hanya AS yang menolak rancangan tersebut.
Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, AS telah berulang kali menggagalkan resolusi serupa. Langkah itu dinilai memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, yang kini menelan korban lebih dari 65 ribu jiwa, mayoritas perempuan dan anak-anak. Gaza juga menghadapi bencana kelaparan akut akibat blokade dan serangan berkelanjutan.
Bagi pemerintahan Trump, rencana penjualan senjata ke Israel menjadi penegasan komitmen aliansi strategis dengan Tel Aviv. Namun, kebijakan ini juga memperkuat kritik bahwa AS lebih memprioritaskan kepentingan geopolitik ketimbang isu kemanusiaan di Timur Tengah.
Jika Kongres menyetujui rencana tersebut, maka transaksi senjata bernilai fantastis itu akan semakin memperkuat posisi Israel di kawasan, namun berpotensi memperdalam ketegangan regional yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir. []
Diyan Febriana Citra.