Turunan Silayur Semarang Jadi Wilayah Rawan Kecelakaan, Pemda Upayakan Solusi Pengetatan Lalu Lintas
SEMARANG – Turunan silayur yang ada di Prof Hamka, Ngaliyan masih menjadi jalur tengkorak alias rawan kecelakaan yang penyebabnya adalah truk muatan berat, yang kerap mengalami rem blong.
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang sendiri sudah berupaya untuk memasang rambu-rambu berupa jam operasional hingga menerjunkan personil di jam padat bersama Satlantas agar truk berat tidak melintas.
Adapun pengemudi memilih kucing-kucingan dari pada mematuhi aturan yang ada.
Misalnya seperti melakukan penegakan hukum berupa penilangan dan pengecekan armada yang melintas di Jalan Prof Hamka.
“Rambu-rambu sudah ada, jam operasional juga ada, petugas Dishub dan kepolisian juga siaga di jam padat, tapi ya masih ada truk yang nekat melintas,” kata Sekretaris Dishub Kota Semarang, Danang Kurniawan, Jumat (31/1/2025) sebagaimana dilansir Radar Semarang.
Meski begitu, setelah terjadi kecelakaan November lalu, Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut ada beberapa opsi yang bisa dilakukan pemerintah, agar kecelakaan tidak terjadi lagi di Silayur.
Danang menjelaskan, Dishub juga telah mengirim surat ke pengusaha yang ada di Kawasan Industri BSB Mijen.
Ketika dilakukan pengetatan truk yang melintas, menurutnya akan timbul masalah baru, misal terkait jadwal loading barang, pergudangan, bongkar muat hingga keberangkatan kapal.
“Rekomendasi pertama adalah dibangun jalur penyelamat, lalu ada pengawasan yang rigid. Tapi kita tahu di BSB ini ada kawasan industry, nanti tentu akan menjadi permasalahan baru,” bebernya.
Jalur penyelamat, lanjut Danang, bisa saja dibangun untuk truk dari BSB kearah Ngaliyan dengan kontur jalan yang menurun.
Masalahnya, dari arah sebaliknya kontur jalan menanjak cukup terjal, kerap terjadi truk gagal nanjak, mundur dan menyebabkan kecelakaan karambol.
Idealnya, kata dia, karena lalu lintas di Jalan Prof Hamka yang padat, dimana ada kawasan permukiman, sekolah dan lainnya.
Sehingga harus dilakukan perbaikan kontur jalan dengan cara pengerasan agar sedikit landai.
“Karena kalau angkutan berat masih lewat situ, bisa jadi terjadi kecelakaan lagi melihat kontur jalannya, dan kepadatan jalan yang ada,” tambahnya.
Opsi lainnya adalah membangun jalur lain khusus angkutan berat agar tidak melewati Jalan Prof Hamka, misalnya dengan jalur alternatif atau yang lainnya.
“Selain perbaikan kontur, bisa dibangun jalur lain khusus truk untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan,” pungkasnya. []
Nur Quratul Nabila A