UPTD PPO Kaltim: Layanan Prima, Bukan Sekadar Bangunan

ADVERTORIAL – Di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sarana olahraga yang layak dan fungsional, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) menunjukkan keseriusan dalam mengelola dan merawat prasarana olahraga. Melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Prasarana Olahraga (PPO) Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora), upaya peningkatan pelayanan sekaligus menjaga keberlanjutan fasilitas menjadi dua pilar utama dalam strategi pengelolaan.

Kepala UPTD PPO Dispora Kaltim, Junaidi, menyampaikan bahwa peran UPTD tidak sebatas menyediakan fasilitas, tetapi juga memastikan bahwa sarana yang ada tetap fungsional, aman, dan siap digunakan kapan saja oleh masyarakat, atlet, serta penyelenggara kegiatan olahraga. “Tugas utama kami di UPTD Prasarana Olahraga adalah memberikan pelayanan, melakukan pemeliharaan, serta mendukung pendapatan daerah melalui Perda Retribusi Daerah,” ujar Junaidi saat ditemui di Kantor Dispora Kaltim, Jumat (25/7/2025).

Menurutnya, pelayanan yang diberikan harus terasa langsung oleh pengguna. Dalam konteks ini, bukan hanya kesiapan fisik stadion seperti Stadion Utama Palaran dan Gelora Kadrie Oening yang diperhatikan, tetapi juga kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang bertugas memberikan layanan. “Semua tugas itu bermuara pada inti pelayanan kepada masyarakat, dan saat ini kami sedang meningkatkan kualitas SDM kami di bidang hospitality, termasuk pelatihan tentang pelayanan yang baik bagi pengguna fasilitas,” lanjutnya.

Peningkatan kualitas pelayanan tidak hanya diukur dari sikap ramah, melainkan juga kecepatan dan ketepatan respons dalam menangani kendala teknis di lapangan. Hal ini penting agar pengguna merasa aman dan nyaman saat beraktivitas. “Kami memperkuat pengetahuan petugas dalam hal respons cepat saat memberikan layanan terhadap fasilitas yang tersedia. Ini penting supaya masyarakat merasa nyaman dan terlayani dengan baik,” jelasnya.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam menjaga kualitas fasilitas olahraga adalah ketersediaan anggaran pemeliharaan. Meski menjadi masalah umum dalam birokrasi, Junaidi menekankan bahwa pihaknya tetap berkomitmen menjalankan tanggung jawab pemeliharaan dengan maksimal.

“Untuk urusan pemeliharaan, saya tidak ingin terlalu jauh membahas soal klasik seperti anggaran, karena masyarakat juga sudah paham bahwa ini tetap menjadi tantangan. Namun, kami tetap berupaya keras agar fasilitas yang ada tetap terjaga dan bisa dimanfaatkan masyarakat dengan baik. Ini bukan soal peningkatan, tetapi lebih kepada mempertahankan kualitas yang sudah ada,” ujarnya.

Dukungan operasional juga datang dari pelaksanaan Peraturan Daerah (Perda) tentang Retribusi Daerah. Meski berasal dari pungutan layanan, penerapan Perda ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan komersial.

“Pendapatan dari Perda ini bukan untuk mengejar profit sebanyak-banyaknya. Justru lebih dari 40 persen porsinya diarahkan untuk pelayanan, termasuk perawatan fasilitas. Jadi ini bukan profit-oriented, melainkan untuk keberlangsungan layanan kepada masyarakat,” ungkapnya.

Junaidi menerangkan bahwa sistem retribusi tidak bersifat langsung digunakan, melainkan terlebih dahulu masuk ke kas daerah dan dikembalikan berdasarkan skala prioritas. Selain itu, keberadaan Perda juga menjadi alat seleksi pemanfaatan fasilitas secara adil dan teratur.

“Perda ini penting bukan hanya soal pendapatan, tapi juga menjadi penyaring agar penggunaan fasilitas stadion dilakukan secara terukur dan berdasarkan skala prioritas. Kalau semua gratis tanpa seleksi, bisa dibayangkan jadwal pemakaian akan penuh bahkan hingga bertahun-tahun ke depan, sementara biaya operasionalnya tidak ada yang menutup,” terangnya.

Dispora Kaltim berharap model pengelolaan ini mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas olahraga yang berkualitas tanpa mengorbankan aspek keberlanjutan. Dengan keseimbangan antara pelayanan dan efisiensi, fasilitas yang ada bisa terus memberi manfaat dalam jangka panjang.

“Dengan adanya Perda, kita bisa memilah mana penggunaan yang lebih penting agar fasilitas olahraga tetap terjaga dan berkelanjutan,” tutup Junaidi. []

Penulis: Putri Aulia Maharani | Penyunting: Aulia Setyaningrum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *