Video Viral Warga Gotong Jenazah Seberangi Sungai di Ponorogo, Ini Penjelasan Pemerintah Desa

PONOROGO – Sebuah video yang memperlihatkan warga Desa Jalen, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, menggotong keranda jenazah menyeberangi sungai kembali viral di media sosial.
Peristiwa tersebut terjadi pada Minggu (8/6/2025), saat warga hendak memakamkan jenazah Mbah Soirah (80), warga Dusun Jalen Kidul.
Video berdurasi 28 detik itu memperlihatkan beberapa warga yang memikul keranda menyeberangi aliran sungai menuju area pemakaman umum yang terletak di seberang. Tindakan itu mengundang perhatian warganet dan memicu diskusi mengenai aksesibilitas layanan dasar di wilayah pedesaan.
Kepala Seksi Pemerintahan Desa Jalen, Ahmad Sahlan, saat dikonfirmasi pada Selasa (10/6/2025), membenarkan peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa warga lebih memilih menyeberangi sungai karena jalur tersebut merupakan akses terpendek menuju lokasi pemakaman.
“Kalau lewat jalan umum, warga harus memutar sejauh dua kilometer melewati Desa Dadapan. Tapi kalau menyeberangi sungai, hanya butuh jarak sekitar 500 meter,” kata Sahlan.
Menurutnya, kebiasaan ini telah berlangsung selama puluhan tahun. Selain faktor efisiensi jarak, kondisi medan yang menanjak dan jauh jika melalui jalan umum membuat warga tetap memilih jalur sungai, bahkan saat pemakaman dilakukan malam hari.
Hal senada disampaikan Kepala Dusun Jalen Kidul, Jemani. Ia menuturkan bahwa tradisi mengusung keranda dengan menyeberangi sungai telah ada sejak masa kakek buyut mereka.
“Keranda di sini masih dipanggul, bukan kendaraan. Kalau harus memutar jauh, jelas lebih berat. Maka dari itu warga tetap memilih jalur sungai, apalagi kalau malam hari. Ini sudah jadi kebiasaan sejak lama,” jelas Jemani.
Ia menambahkan, di Dusun Jalen Kidul terdapat sekitar lima kepala keluarga yang tinggal di barat sungai, yang aksesnya hanya bisa ditempuh dengan memutar atau menyeberangi sungai.
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Ponorogo dikabarkan tengah mempertimbangkan pembelian lahan baru untuk pemakaman, guna memberikan akses yang lebih layak dan aman bagi warga.
Sebelumnya, sejumlah media juga melaporkan bahwa salah satu faktor jalur pemakaman tidak melewati jalur utama adalah adanya kepercayaan lokal, di mana jenazah dilarang melintasi salah satu rumah tokoh masyarakat setempat.
Kejadian ini kembali menyoroti tantangan infrastruktur dasar di wilayah pedesaan, serta pentingnya penyediaan akses transportasi yang layak bagi pelayanan publik, termasuk dalam proses pemakaman. []
Nur Quratul Nabila A