Warga Langkat Resah, Dua Harimau Sumatera Terkam Tiga Sapi

LANGKAT — Warga Desa Mekar Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dilanda keresahan menyusul kemunculan dua ekor Harimau Sumatera yang dilaporkan telah memangsa ternak warga.
Hingga kini, sedikitnya tiga ekor sapi ditemukan mati dengan luka yang diduga akibat serangan satwa dilindungi tersebut.
Camat Sei Lepan, Iqbal Ramadhan, membenarkan kejadian tersebut dan menyebut insiden terjadi dalam dua pekan terakhir.
“Ada didapati luka robek bekas cakaran harimau. Ada juga warga yang melihat keberadaan Harimau Sumatera ini. Kabarnya ada dua ekor,” kata Iqbal saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon pada Senin (23/6/2025).
Dua dari kejadian dilaporkan terjadi pada Jumat (13/6/2025) dan Sabtu (21/6/2025), tepatnya di wilayah yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), namun bukan di Dusun Pancasila.
Meski sejauh ini belum ada laporan korban jiwa dari manusia, kecemasan warga meningkat. Banyak yang memilih tidak pergi ke ladang karena lokasi kejadian berada dekat dengan area hutan.
Camat Iqbal menyebut, sejumlah polisi hutan telah diterjunkan ke lokasi untuk menjaga situasi. Upaya penghalauan juga telah dilakukan dengan menggunakan petasan.
“Sempat harimaunya lari, tetapi datang lagi,” ujarnya.
Di sisi lain, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah II Stabat menyatakan telah melakukan pemantauan intensif terhadap pergerakan harimau. Kepala BKSDA, Bobby Noprandi, mengatakan pihaknya menerima informasi bahwa tiga ekor sapi telah mati.
“Kami sudah membagikan mercon ke warga untuk mengusir harimau jika masuk ke permukiman,” ujar Bobby.
Selain itu, BKSDA menggelar ronda malam untuk menghalau satwa liar selama 10 hari berturut-turut. Koordinasi juga dilakukan bersama Dinas Peternakan agar warga dapat mengelola ternak secara lebih aman.
“Karena lokasi sapi mati ini memang dekat dengan kawasan TNGL, sehingga rentan memancing harimau turun ke permukiman,” jelas Bobby.
Para pihak terus mengimbau warga untuk tidak beraktivitas sendirian di sekitar hutan, terutama pada pagi dan sore hari, serta menjaga ternak di dalam kandang yang lebih tertutup.
Upaya mitigasi konflik manusia dan satwa liar menjadi perhatian penting dalam kasus ini, mengingat Harimau Sumatera termasuk spesies kritis yang populasinya terus menurun. []
Nur Quratul Nabila A