Warga Permukiman Liar di TPU Kebon Nanas Dominan Bekerja sebagai Pemulung

JAKARTA — Permukiman liar yang berdiri di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas, Jakarta Timur, mayoritas dihuni oleh warga yang bekerja sebagai pemulung dan buruh harian lepas.

Hal ini disampaikan oleh Ketua RT 015/RW 002 Cipinang Besar Selatan, Sumiati.

“Pekerjaannya sih banyaknya mereka itu pemulung, terus buruh harian lepas di sekitar TPU Kebon Nanas,” ujar Sumiati saat ditemui pada Rabu (30/7/2025).

Menurut Sumiati, sebagian warga mencari penghasilan dengan memungut barang-barang bekas seperti besi, paku, dan kayu dari sekitar kawasan makam.

“Terus ada yang kebetulan di situ kan ada lapak-lapak kayu bekas gitu, kebanyakan ya buruh harian lepas seperti pemulung, terus nyari-nyari paku atau besi,” tambahnya.

Ia mengungkapkan bahwa permukiman liar tersebut bermula dari satu keluarga yang tinggal di atas nisan pemakaman pada awal 1980-an.

“Dulu itu masih berupa bong (nisan) kuburan Cina, belum ada bangunan rumah. Mereka tinggal di atas bong, pakai terpal di kiri-kanannya,” jelasnya.

Permukiman kemudian berkembang pesat pascagelombang penggusuran warga bantaran kali dan lahan kosong sekitar kawasan yang kini menjadi kantor Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 1997.

“Dulu sebelum ada KLH itu kan lapangan gitu, terus warga itu ada yang tinggal di pinggir kali di belakang kantor KLH tahun 1997 kena gusur gitu,” ujarnya.

Sumiati menyebutkan, warga hanya menerima uang kerohiman sebesar Rp600.000 saat digusur.

“Sementara kan uang segitu untuk ngontrak paling juga bertahan beberapa bulan gitu. Akhirnya mereka pindah lah tuh ke atas pemakaman Cina ini tahun 1997,” ucapnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, bangunan permanen mulai menjamur di area sekitar makam. Sumiati mengaku telah berulang kali mengingatkan warga agar tidak membangun kembali.

“Sering saya beri pemahaman, tapi ya sulit juga. Saya bilang jangan menambah bangunan lagi, karena lokasi ini disorot publik, apalagi dekat jalan utama,” tutur dia.

Meski demikian, ia mengaku kesulitan mengontrol karena sebagian warga mengklaim mendirikan rumah di area yang dianggap sudah tidak difungsikan sebagai makam aktif. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *