Xi Jinping Gelar Pertemuan Bersejarah dengan Putin dan Kim Jong Un di Beijing

BEIJING — Presiden China Xi Jinping untuk pertama kalinya akan duduk satu meja bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dalam sebuah pertemuan di Beijing pekan ini.
Agenda ini digelar bertepatan dengan parade militer besar-besaran, yang sekaligus memperlihatkan kedekatan Beijing dengan Moskwa dan Pyongyang di tengah rivalitas geopolitik global.
Kehadiran dua sekutu utama China itu dinilai sebagai sinyal terbentuknya blok baru di Asia Pasifik yang berpotensi menantang dominasi Barat. Langkah Xi juga dinilai kontras dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang lebih menekankan isolasionisme dan memperlemah aliansi tradisional Washington.
Kim Jong Un tiba di Beijing pada Selasa (2/9/2025) pagi menggunakan kereta khususnya. Sebelumnya, Xi dan Putin lebih dulu mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Mongolia untuk membahas proyek pipa gas.
“Terima kasih kepada sahabat karib saya atas sambutan hangat. Komunikasi yang erat menunjukkan hubungan Rusia dengan China berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Putin dalam video yang diunggah di Telegram resmi Kremlin.
Xi menegaskan pentingnya menolak dominasi politik global.
“Kita harus terus mengambil sikap tegas terhadap hegemonisme dan politik kekuasaan,” ucapnya dalam forum yang dihadiri lebih dari 20 pemimpin negara non-Barat.
Selain dengan Putin, Xi juga melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, menandai upaya pemulihan hubungan kedua negara.
Namun, langkah ini dipandang sinis oleh pejabat Washington. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut forum di Beijing sekadar “performatif” dan menuding China serta India memperpanjang perang Rusia-Ukraina.
Penguatan hubungan Rusia, China, dan Korea Utara dinilai dapat mengubah kalkulasi militer di Asia Pasifik.
“Latihan militer trilateral antara Rusia, China, dan Korea Utara tampaknya hampir tak terelakkan,” tulis Youngjun Kim, analis Biro Riset Asia Nasional di AS.
Korea Utara sendiri sudah terlibat langsung dalam perang Ukraina. Pyongyang dilaporkan mengirim lebih dari 15.000 tentara untuk membantu Moskwa, dengan sekitar 600 di antaranya tewas di medan tempur. Intelijen Korea Selatan bahkan menduga Kim tengah menyiapkan tambahan pasukan.
Dalam pertemuan terpisah di Tianjin, Putin kembali mengecam ekspansi NATO ke arah timur dan menegaskan perlunya keseimbangan keamanan global. Pertemuan trilateral dengan Xi dan Kim di Beijing diyakini akan memberi sinyal lebih jelas terkait strategi Rusia, China, dan Korea Utara dalam menghadapi tekanan Barat. []
Nur Quratul Nabila A