Gubernur Harum Optimistis Kaltim Mandiri Pangan

SAMARINDA – Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas’ud atau yang akrab disapa Harum, menyampaikan keyakinannya bahwa provinsinya dapat mencapai swasembada pangan, khususnya beras, dalam waktu enam bulan ke depan.

Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur Harum saat mendampingi Menteri Pertanian Republik Indonesia (RI), Andi Amran Sulaiman, dalam kunjungan kerja ke Desa Gunung Mulia, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Jumat (09/05/2025). Kunjungan ini menjadi bagian dari program percepatan penguatan ketahanan pangan nasional di daerah. “Insyaallah kita mampu memenuhi kebutuhan pangan Kaltim yang hingga hari ini lebih dari separuh masih didatangkan dari luar,” ujar Gubernur Harum.

Saat ini, kebutuhan beras di Kalimantan Timur mencapai sekitar 450.000 ton per tahun, namun sekitar 60 persen di antaranya masih dipasok dari luar provinsi. Untuk itu, pemerintah daerah menargetkan intensifikasi pertanian, termasuk menanam padi dua hingga tiga kali setahun, serta memperbaiki sistem irigasi dan pengairan sawah agar tetap produktif sepanjang tahun.

Menurut Gubernur Harum, Kaltim memiliki sekitar 46.640 hektare lahan sawah aktif, ditambah lahan tiduryang masih sangat potensial untuk dikembangkan. Kementerian Pertanian pun telah meminta provinsi ini menyiapkan minimal 20.000 hektare lahan tambahan, yang rencananya akan dikembangkan menjadi sawah baru dengan memanfaatkan teknologi modern. “Kami sudah memahami arahan Pak Menteri. Lokasi lahan harus dekat sumber air karena padi memerlukan pengairan yang cukup,” tegas Harum.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan komitmen nya untuk mendukung penuh upaya Kaltim mewujudkan kemandirian pangan. Ia bahkan menyiapkan bantuan alat pertanian senilai Rp10 triliun, yang akan dibagikan ke seluruh daerah sesuai instruksi Presiden Prabowo Subianto. “Saya lihat Pak Gubernur serius, saya juga serius. Nanti alat pertanian kami bantu, gratis,” ujar Mentan.

Khusus untuk Babulu, Mentan memastikan bantuan berupa pompa air, sementara Pemprov Kaltim akan membantu membangun jaringan pipa air. Seluruh proses pertanian akan diarahkan menuju sistem mekanisasi penuh agar lebih efisien.

Kegiatan ini turut dihadiri Wakil Gubernur Kaltim Seno Aji, Bupati PPU Mudyat Noor, serta pejabat TNI dan Polri, penyuluh pertanian, hingga kepala desa dan kelompok tani. Dalam kunjungan tersebut, Mentan juga menyerahkan langsung bantuan alat dan mesin pertanian kepada petani dan anggota Brigade Pangan di PPU.

Gubernur Harum berharap seluruh petani dan pelaku usaha tani di Kaltim tetap semangat menggarap lahan. “Keringat dan kerja keras kalian semua adalah fondasi kemandirian pangan Kalimantan Timur,” ujar Harum dengan semangat.

Kunjungan kerja ini juga ditutup dengan diskusi bersama petani, di mana Mentan Amran mengapresiasi seorang petani milenial di Babulu yang sukses meraih penghasilan Rp 24.000.000 per bulan, sebagai bukti bahwa pertanian modern memiliki potensi ekonomi tinggi bagi generasi muda. []

Penulis: Rifki Irlika Akbar | Penyunting: Enggal Triya Amukti | ADV Diskominfo Kaltim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Lainnya

WELLINGTON — Kasus medis tak biasa terjadi di Selandia Baru setelah seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun menelan hingga 100 magnet kecil berkekuatan tinggi yang dibelinya melalui platform belanja daring Temu. Aksi berbahaya tersebut berujung pada operasi besar setelah magnet-magnet itu menyebabkan kerusakan serius pada organ dalam tubuhnya. Remaja itu semula dibawa ke Rumah Sakit Tauranga, Pulau Utara, karena mengalami nyeri perut selama empat hari. Setelah dilakukan pemeriksaan medis, dokter menemukan adanya kumpulan magnet di dalam usus. “Dia mengungkapkan telah menelan sekitar 80–100 magnet berkekuatan tinggi (neodymium) berukuran 5×2 milimeter sekitar satu minggu sebelumnya,” tulis laporan di New Zealand Medical Journal, Jumat (24/10/2025). Magnet neodymium tersebut sejatinya sudah dilarang beredar di Selandia Baru sejak 2013 karena risiko keselamatan yang tinggi, terutama bagi anak-anak. Namun, laporan mengungkapkan bahwa remaja ini masih bisa membelinya secara daring melalui Temu, salah satu platform e-commerce asal Tiongkok yang tengah populer secara global. Hasil sinar-X memperlihatkan magnet-magnet itu menggumpal membentuk empat garis lurus di dalam perut sang remaja. “Ini tampaknya berada di bagian usus yang terpisah namun saling menempel akibat gaya magnet,” ujar pihak medis. Kondisi itu menyebabkan nekrosis, atau kematian jaringan, di empat area usus halus dan sekum, bagian dari usus besar. Tim dokter bedah kemudian melakukan operasi pengangkatan jaringan mati sekaligus mengeluarkan seluruh magnet dari tubuh pasien. Setelah menjalani perawatan intensif selama delapan hari, remaja tersebut akhirnya diperbolehkan pulang. Dalam laporan medisnya, dokter Binura Lekamalage, Lucinda Duncan-Were, dan Nicola Davis menulis bahwa kasus ini menjadi pengingat bahaya besar yang bisa timbul dari akses bebas anak-anak terhadap produk berisiko di pasar online. “Kasus ini tidak hanya menyoroti bahaya konsumsi magnet, tetapi juga bahaya pasar daring bagi populasi anak-anak kita,” tulis mereka. Selain itu, para ahli juga memperingatkan kemungkinan komplikasi jangka panjang akibat insiden ini, termasuk sumbatan usus, hernia perut, serta nyeri kronis yang dapat muncul di kemudian hari. Menanggapi laporan tersebut, pihak Temu menyampaikan penyesalan dan berjanji akan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. “Kami telah meluncurkan tinjauan internal dan menghubungi penulis artikel New Zealand Medical Journal untuk mendapatkan informasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Temu dalam pernyataan resminya. Namun, Temu menyebut belum dapat memastikan apakah magnet yang digunakan anak tersebut benar-benar dibeli melalui platform mereka. “Meskipun demikian, tim kami sedang meninjau daftar produk yang relevan untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap peraturan keselamatan setempat,” tambahnya. Temu, yang merupakan raksasa e-commerce asal Tiongkok, beberapa kali dikritik di pasar internasional, termasuk di Uni Eropa, karena dinilai belum cukup tegas dalam menyaring produk berbahaya atau ilegal yang beredar di platformnya. Kasus ini menegaskan pentingnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas belanja dan penggunaan internet oleh anak-anak, sekaligus menjadi peringatan bahwa satu klik di dunia digital bisa berujung pada konsekuensi serius di dunia nyata.