Alarm Keras! Banjir Kaltim Butuh Solusi Lintas Sektor

ADVERTORIAL – Bencana banjir yang kembali melumpuhkan sejumlah wilayah di Kalimantan Timur (Kaltim) bukan hanya sekadar peristiwa alam biasa, melainkan menjadi sinyal peringatan serius akan urgensi penanganan lingkungan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Hal ini ditegaskan oleh Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi, saat merespons kondisi banjir yang terjadi di Samarinda dan sekitarnya.
“Ini bukan saatnya untuk saling menyalahkan. Mari kita bersama-sama merefleksikan penyebab banjir, mulai dari berkurangnya daerah resapan air, kondisi geografis, sampai sistem drainase dan aliran sungai yang belum berjalan maksimal,” ujarnya saat ditemui di Samarinda, Kamis (29/05/2025).
Reza menilai banjir yang berulang kali terjadi merupakan konsekuensi dari akumulasi persoalan tata ruang, lemahnya pengawasan pembangunan kawasan pemukiman, dan kurangnya koordinasi antarsektor. Ia menegaskan bahwa penyelesaian persoalan banjir tidak bisa semata-mata dibebankan kepada pemerintah, melainkan memerlukan keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat.
“Kita bisa memulai dari hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan dan ikut serta dalam gerakan penanaman pohon,” tambah politisi dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini.
Banjir yang melanda Kota Samarinda terjadi setelah hujan deras mengguyur sejak dini hari. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat intensitas hujan berada pada kisaran 50–85 milimeter per jam hingga pukul 08.00 WITA. Genangan air di beberapa titik bahkan mencapai kedalaman 100 sentimeter, menyebabkan aktivitas warga terganggu, akses transportasi terhambat, dan sejumlah fasilitas umum lumpuh.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda, Suwarso, mengungkapkan bahwa kondisi banjir kali ini diperparah oleh pasang besar Sungai Mahakam. Akibatnya, air dari anak sungai seperti Karang Mumus dan Karang Asam meluap, menggenangi kawasan rendah seperti Palaran, Sambutan, dan Samarinda Ilir.
“Pasang besar di Sungai Mahakam dan curah hujan ini mengakibatkan air tertahan sehingga masih terjadi genangan air di beberapa titik di Kota Samarinda,” jelas Suwarso.
Melihat eskalasi dampak banjir yang semakin luas dan berulang setiap tahunnya, Reza menyerukan perlunya langkah nyata dari seluruh pemangku kepentingan. Ia mengajak pemerintah daerah, akademisi, sektor swasta, dan komunitas lingkungan untuk duduk bersama merumuskan solusi jangka panjang yang tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga preventif.
“Kita butuh kesadaran kolektif. Tidak cukup hanya membangun drainase atau memperbaiki tanggul. Perlu ada perencanaan lintas sektor yang berpihak pada kelestarian lingkungan. Lingkungan yang sehat adalah benteng terbaik menghadapi bencana,” pungkas Reza.
Penulis: Selamet
Penyunting: Enggal Triya Amukti