Gempa dan Asap Naik, Warga Dihimbau Waspadai Potensi Erupsi Gunung Tangkuban Parahu

BANDUNG — Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan gejala inflasi atau penggembungan, yang umumnya menandakan terjadinya akumulasi tekanan vulkanik di bawah permukaan.

Gejala ini disertai peningkatan aktivitas tremor serta hembusan asap di Kawah Ratu, sehingga potensi erupsi freatik terus dipantau ketat oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, menyampaikan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu menunjukkan dinamika yang perlu dicermati. “Potensi erupsi freatik tetap dapat terjadi secara tiba-tiba, tanpa didahului gejala vulkanik yang jelas,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (27/6/2025).

Berdasarkan data kegempaan, jumlah gempa Low-Frequency (LF) terus meningkat dalam tiga hari terakhir. Pada 24 Juni tercatat 90 kejadian, meningkat menjadi 103 kejadian pada 25 Juni, dan mencapai 116 kejadian pada 26 Juni 2025.

Selain itu, terekam satu kejadian gempa vulkanik dalam (VA) serta tremor menerus dengan amplitudo 0,5–1 mm.

Sementara itu, pengamatan deformasi melalui alat Electronic Distance Measurement (EDM) dan Global Navigation Satellite System (GNSS) menunjukkan adanya pola penggembungan tubuh gunung yang mengindikasikan akumulasi tekanan dari kedalaman dangkal. Namun, pengamatan kandungan gas melalui stasiun Multi-GAS belum menunjukkan perubahan signifikan.

Secara visual, pengamatan di Kawah Ratu menunjukkan hembusan asap putih tipis hingga sedang dengan ketinggian mencapai 180 meter dari dasar kawah. Di Kawah Ecoma, hembusan asap terpantau setinggi 15 meter.

Sejak 5 Juni 2025, telah teramati aktivitas lumpur panas (bualan lumpur) di Kawah Ratu yang masih terus terjadi hingga kini, dengan intensitas dan luas area yang relatif stabil. Aktivitas lumpur ini diiringi dengan tremor menerus yang menjadi indikator penting dari dinamika vulkanik di kawasan tersebut.

Meski status aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal), Badan Geologi mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk tidak mendekati kawah aktif, khususnya Kawah Ratu yang menjadi pusat aktivitas.

“Jangan berada di dasar kawah dan hindari berlama-lama di area kawah aktif, terutama saat mencium bau gas menyengat atau terjadi peningkatan hembusan asap,” tegas Wafid.

Pemerintah daerah, BPBD, serta Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu di Desa Cikole diminta terus melakukan pemantauan dan menyebarluaskan informasi resmi kepada masyarakat.

Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, tidak panik, dan tidak mudah percaya pada isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, serta selalu mengikuti perkembangan resmi dari Badan Geologi dan instansi terkait. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *