13.095 Anak di Sumenep Tidak Sekolah, Disdik Jelaskan Tiga Penyebab Utama

SUMENEP — Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mencatat bahwa sebanyak 13.095 anak tercatat tidak sekolah pada tahun 2025.

Angka ini berdasarkan data dari Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Supiyanto, Kepala Seksi Peserta Didik PAUD dan Pendidikan Nonformal (PNF) Disdik Sumenep, menjelaskan bahwa angka tersebut terdiri dari tiga kategori, yaitu:

1. Anak yang belum pernah mengenyam pendidikan,

2. Anak yang putus sekolah, serta

3. Anak yang telah lulus dari satu jenjang pendidikan namun tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya.

“Misalnya, dari SD tidak melanjutkan ke SMP, atau dari SMP tidak lanjut ke SMA,” ujar Supiyanto saat ditemui di kantor Disdik Sumenep, Senin (30/6/2025).

Meskipun jumlahnya tergolong tinggi, Supiyanto menegaskan bahwa angka anak tidak sekolah di Sumenep menurun dibandingkan tahun 2024, yakni dari 13.794 anak menjadi 13.095 anak, atau berkurang sebanyak 699 anak.

Sejak tahun 2024, Disdik Sumenep melakukan pelaporan data lulusan dari jenjang SD, SMP, dan pendidikan kesetaraan (Paket A, B, dan C) ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) untuk memperbarui status pendidikan dalam sistem kependudukan.

“Kadang anak-anak yang sudah lulus tidak melapor atau tidak memperbarui data kependudukan mereka, jadi masih tercatat sebagai tidak sekolah,” jelas Supiyanto.

Untuk mengatasi hal tersebut, pihak Disdik bahkan secara aktif mengantarkan langsung data kelulusan ke Disdukcapil, agar status pendidikan anak bisa segera diperbarui dan tercatat secara resmi.

Validasi data ini penting karena turut berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan kebijakan pendidikan di tingkat daerah.

Keterlambatan pemutakhiran data bisa menyebabkan anak-anak yang sebenarnya telah menyelesaikan pendidikan tetap tercatat sebagai “tidak sekolah” dalam sistem nasional.

“Kami ingin memastikan tidak ada anak yang terdata keliru. Kami terus koordinasi agar angka ini benar-benar mencerminkan kondisi sebenarnya di lapangan,” tegas Supiyanto. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *