DPRD Kaltim: Tantangan Terbesar Ada di Pasca Pendidikan

ADVERTORIAL – Upacara peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di GOR Kadrie Oening, Minggu (17/08/2025), tidak hanya menjadi momen kebangsaan, tetapi juga ajang menyuarakan kepedulian terhadap masa depan pendidikan di Kalimantan Timur (Kaltim). Dari kesempatan itu, Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi, mengingatkan agar perhatian terhadap dunia pendidikan tidak berhenti hanya pada program sekolah gratis.

Ia menegaskan, hal yang lebih mendesak adalah bagaimana pemerintah memberikan jaminan keberlanjutan bagi lulusan, terutama dari Sekolah Luar Biasa (SLB). Menurut Reza, keberadaan sekolah inklusif sudah menjadi bagian dari perhatian pemerintah, tetapi tanpa adanya peluang kerja yang memadai, maka perjuangan anak-anak berkebutuhan khusus seakan tidak tuntas.

“Perlu digarisbawahi, teman-teman dari SLB juga harus diberi kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan setelah mereka lulus nanti,” ujar Reza.

Dalam pandangannya, pembangunan manusia seharusnya melibatkan tahapan berkesinambungan. Pendidikan tidak boleh berhenti hanya pada penyediaan ruang belajar, melainkan juga harus terhubung dengan masa depan setelah sekolah. Karena itu, ia menilai penting adanya kebijakan yang mendorong dunia kerja lebih terbuka bagi penyandang disabilitas.

Selain menyoroti isu pendidikan inklusif, Reza juga berbicara mengenai sektor olahraga di Kalimantan Timur. Ia menjelaskan bahwa pemerintah provinsi telah berupaya memberikan wadah pembinaan dengan menghadirkan sekolah khusus olahraga atau Sekoi. “Tahun ini kami juga sudah memperhatikan aspek keolahragaan. Bahkan di tingkat provinsi sudah ada sekolah khusus olahraga (Sekoi) yang insyaallah akan mendapat dukungan sarana dan prasarana,” jelasnya.

Ia menambahkan, keberadaan sekolah olahraga ini diharapkan tidak hanya melahirkan prestasi akademik, tetapi juga menghasilkan atlet muda yang dapat meniti karier lebih luas. Untuk itu, ia mengingatkan perlunya strategi lanjutan agar para lulusan Sekoi tidak berhenti hanya sebagai pelajar berprestasi, melainkan bisa berkembang di dunia profesional.

Menurut Reza, pendidikan gratis tetap harus dipertahankan karena menjadi bagian penting dari pemerataan akses belajar. Namun, pemerintah dituntut menyusun langkah lanjutan agar setiap lulusan, baik dari sekolah reguler, SLB, maupun sekolah olahraga, dapat memperoleh kesempatan yang sama dalam dunia kerja. “Yang lebih penting adalah bagaimana kondisi mereka setelah selesai sekolah. Pasca pendidikan inilah yang harus benar-benar kita pikirkan,” pungkasnya.

Pesan tersebut menjadi catatan penting pada momentum perayaan kemerdekaan kali ini, bahwa pembangunan sumber daya manusia harus bersifat inklusif, berkesinambungan, serta selaras dengan kebutuhan masa depan daerah maupun bangsa.[]

Penulis: Selamet | Penyunting: Aulia Setyaningrum

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *