DPRD Ingatkan Peran Warga Samarinda dalam Menjaga Sungai

ADVERTORIAL – Permasalahan banjir di Kota Samarinda kembali menjadi sorotan. Meski pembangunan drainase di sejumlah titik tengah dilakukan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menilai upaya tersebut perlu didukung strategi yang lebih menyeluruh agar hasilnya efektif.
Ketua Komisi III DPRD Samarinda, Deni Hakim Anwar, menyatakan bahwa pekerjaan drainase yang berjalan saat ini merupakan bagian penting dari upaya pemerintah kota mengatasi genangan. Menurutnya, saluran air harus diperbaiki agar alirannya lancar, baik dari kawasan permukiman menuju sungai maupun sebaliknya. “Yang pasti sih, semua pekerjaan drainase pasti dalam rangka untuk membantu melancarkan aliran air dari baik dari menuju ke sungai dan menuju ke sungai,” ujarnya, Senin (15/09/2025).
Salah satu contoh yang ia angkat adalah pengerjaan drainase di Jalan Hidayatullah. Kawasan ini kerap menjadi titik langganan banjir ketika air rob naik. Genangan tidak hanya menutup akses jalan, tetapi juga mengganggu aktivitas masyarakat. “Artinya di proyek jalan Hidayatullah itu kan pasti kaitannya dengan bagaimana jalan-jalan di Samarinda Kota yang biasanya ketika rob itu naik, biasanya kan menggenangi,” jelasnya.
Menurut Deni, kondisi itu muncul karena adanya hambatan atau bottleneck pada jalur aliran air. Jika perbaikan saluran rampung, ia berharap air dapat segera mengalir ke Sungai Karang Mumus tanpa harus menumpuk di jalan raya. “Mungkin bisa jadi ada bottleneck di sana sehingga dilakukan pekerjaan drainase agar air itu lancar untuk turun ke Sungai Karang Mumus, kan di sini,” tambahnya.
Meski begitu, politisi yang duduk di Komisi III ini menilai bahwa pembangunan drainase saja tidak cukup. Ia mendorong agar rencana pembangunan pintu air di Samarinda segera direalisasikan pemerintah kota. Menurutnya, fasilitas tersebut menjadi bagian penting untuk mengoptimalkan pengendalian banjir. “Apalagi next-nya nanti kan kita berharap nantinya ada pintu air yang akan dibangun oleh pemerintah Kota Samarinda,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa banjir di Samarinda bukan semata akibat curah hujan tinggi. Faktor lain yang memperburuk kondisi adalah air rob dari Sungai Mahakam yang masuk bersamaan dengan aliran hujan. “Dalam artian penyebab banjir kita ini tidak hanya dari intensitas curah hujan yang tinggi, ada juga air rob yang datang bersamaan,” ucapnya.
Jika pintu air otomatis tersedia, kata Deni, arus air dari Sungai Mahakam ke Sungai Karang Mumus bisa lebih terkendali. Hal ini diyakininya mampu menekan potensi genangan di kawasan perkotaan. “Seandainya ada pintu air itu tadi, otomatis menutup otomatis dan buka otomatis ketika air itu pasang, dia menutup otomatis air dari Sungai Mahakam besar tidak masuk ke Sungai Karang Mumus dan menggenangi di Kota Samarinda,” paparnya.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa strategi pengendalian banjir tidak boleh dilihat secara parsial. Upaya perbaikan drainase dan pembangunan pintu air merupakan langkah jangka panjang yang harus diintegrasikan dengan kesadaran masyarakat menjaga lingkungan. “Kalau tidak salah saya lihat, agar memperlancar dan air masuk maupun keluar daripada Sungai Karang Mumus,” sebutnya.
Deni juga mengingatkan pentingnya peran warga dalam menjaga kebersihan sungai. Menurutnya, banjir sulit teratasi jika masyarakat masih membuang sampah sembarangan. “Mudah-mudahan tidak hanya terfokus pada di satu sisi saja, artinya permasalahan banjir ini karena memang harus dari hulu dan hilir itu penangannya yang paling utama adalah kembali lagi, pola hidup masyarakat kita agar menjaga tidak membuang sampah di sungai khususnya,” pungkasnya.
Dengan berbagai upaya tersebut, DPRD berharap penanganan banjir di Samarinda bisa lebih komprehensif. Kolaborasi antara pemerintah, DPRD, dan masyarakat dinilai menjadi kunci agar strategi pengendalian banjir tidak hanya berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh warga kota. []
Penulis: Selamet | Penyunting: Aulia Setyaningrum