Palangka Raya Siap Implementasikan Kurikulum 2013
PALANGKA RAYA – Dialog Pendidikan seputar Implementasi Kurikulum 2013 dan Ujian Nasional (UN) 2014 yang digelar Kemendikbud RI di Kota Palangka Raya, Kamis (5/6), berlangsung seru. Ada banyak informasi baru yang terungkap. Apa saja? Pada 2016 mendatang, Ujian Nasional (UN) di sekolah kemungkinan akan diganti dengan Ujian Tingkat Kompetensi untuk menyesuaikan Kurikulum 2013. Inilah salah satu kabar terbaru yang mengemuka dalam dialog tersebut.
“Bisa jadi UN akan diganti dengan Ujian Tingkat Kompetensi pada tahun 2016 sesuai Kurikulum 2013, tapi belum ada keputusan final. Kalau UN masih dilaksanakan pada tahun ini, karena tahun ini penerapan Kurikulum 2013 masih ada di kelas I, II, IV SD, VII SMP, dan X SMA,” kata Staf Khusus Mendikbud Bidang Komunikasi Media, Ir Sukemi MBA.
Dalam dialog bertajuk Implementasi Kurikulum 2013 dan UN 2014 itu, Sukemi mengungkapkan, Ujian Tingkat Kompetensi tersebut masih akan dirumuskan lebih lanjut. Ujian dilaksanakan di tingkat provinsi atau kabupaten/kota, sedangkan di tingkat nasional akan ada ujian mutu tingkat kompetensi yang diadakan Kemendikbud.
“Bedanya, kalau UN hanya diadakan sekali pada akhir studi, maka Ujian Tingkat Kompetensi itu akan dilakukan dari kelas I SMP/SMA ke kelas II, dan seterusnya. Bahkan pada akhir studi akan ada 2 kali Ujian Tingkat Kompetensi, sehingga tidak seram lagi,” katanya.
Ia menjelaskan, Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kemendikbud RI untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.
Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik dipilih sesuai dengan pilihan mereka.
Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK). Sementara, mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia 7-15 tahun, maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.
Dialog yang diikuti sejumlah pemangku kebijakan pendidikan provinsi dan kabupaten/kota, humas perguruan tinggi, kepala sekolah, guru dan insan pers di Bumi Tambun Bungai ini dipimpin langsung oleh Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud, Prof Ibnu Hamad.
Ibnu dan Sukemi didampingi Kepala Dinas Pendidikan Kalteng Drs Damber Liwan dan Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalteng Dr Krisnayadi Toendan MSi. Dialog pun sempat ‘memanas’ karena banyak dari peserta merasa persiapan Kurikulum 2013 belum matang.
Bahkan, pelatihan yang diselenggarakan oleh Kemendikbud untuk beberapa sekolah juga kurang memadai. Selain itu, keluhan dari beberapa tenaga guru yang tidak paham benar Kurikulum 2013 ini, juga muncul untuk menjadi catatan bagi Kemendikbud.
Secara garis besar, Kurikulum 2013 mengharapkan siswa tidak menjadikan buku pedoman dari sekolah dan guru di kelas sebagai satu-satunya sumber pelajaran sekolah, mendorong guru terutama siswa lebih kreatif, inovatif dan kritis. Namun hingga saat ini, masih banyak pengajar atau sekolah yang tidak mengetahui tujuan dari Kurikulum 2013.
Sukemi menegaskan, Kemendikbud pada tahun ajaran 2014/2015 ini menargetkan ratusan sekolah dari jenjang SD sampai SMA sederajat se-Indonesia bisa menerapkan Kurikulum 2013 pada proses belajar mengajar (PBM) mereka.
Menurutnya, sejauh ini pelaksanaan atau implementasi Kurikulum 2013 sudah sesuai rencana dan pada track yang benar. Untuk pelatihan guru akan Kurikulum 2013, Kemendikbud tahun ini memperpendek jalur pelatihan mejadi lebih sederhana.
“Kalau tahun lalu ada 4 tahapan atau tingkat pelatihan yaitu narasumber-instruktur nasional-guru inti-guru sasaran. Tahun ini guru inti ditiadakan sehingga tingkatannya narasumber-instruktur nasional-guru sasaran.
Sukemi juga menyebutkan, Kurikulum 2013 ingin menjadikan PBM lebih baik dan sesuai kebutuhan siswa serta menepis anggapan miring kalau kelas sebagai ‘sekolah penjara’. Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan suasana yang lebih rilek dan santai tanpa mengurangi isi pembelajaran yang dilakukan pada PBM.
“Sebetulnya sangat banyak sekolah swasta favorit yang sudah lama melaksanakan PBM dengan kurikulum mirip Kurikulum 2013. Bagi sekolah swasta terkemuka semacam itu, sangat tidak kesulitan menerapkan Kurikulum 2013. Kemendikbud justru akan minta sekolah swasta bagus untuk sharing pengetahuan dan pengalaman kepada sekolah-sekolah negeri maupun swasta yang belum bagus mutunya,” ucapnya.
Terkait UN yang diselenggarakan baru-baru ini, pihaknya mengakui bahwa tingkat kelulusan ujian UN untuk siswa SMA/sederajat di Indonesia tahun ini menurun bila dibandingkan dengan tingkat kelulusan tahun lalu. Dari rata-rata nilai UN SMA/sederajat 6,35 menjadi 6,12.
Meski begitu, penurunan tingkat kelulusan kali ini tidak terlalu signifikan lantaran hanya di bawah 1 persen. Tingkat kelulusan tahun 2014 hanya mencapai 99,52 persen. Angka tersebut turun 0,01 persen jika dibandingkan dengan tingkat kelulusan siswa SMA tahun lalu yakni 99,53 persen. [] RedHP/HrTab