Orientasi DOD Untuk Pesenam Usia Dini Dipertanyakan
ADV LIPSUS – Komisi Teknik Artistik Pengurus Provinsi Persatuan Senam Seluruh Indonesia (Persani) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Novi Kartinasari sekaligus Pelatih Sekolah Khusus Olahraga Indonesia (SKOI) Kaltim mempertanyakan arah Desain Olahraga Daerah (DOD) untuk pembinaan khusus bagi pesenam usia dini.
Hal tersebut disampaikan Novi, sapaannya, di sela-sela kegiatan Focus Group Discussion Penyusunan Road Map Desain Olahraga Daerah Kaltim sebagai implementasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON), di Hotel Puri Senyiur, Samarinda, Selasa (23/05/2023) kemarin.
“Intinya mendukung untuk DBON, karena kalau senam, memang dari usia dini, dari usia sekolah dasar. Yang harus diperjelas, DBON ini tujuannya untuk olimpic, tapi DOD tujuannya ke mana?” kata Novi. Hal tersebut ia tanyakan dalam beberapa kali kesempatan, khusus mengenai cabang olahraga (cabor) senam, baik dalam kesempatan sosialisasi DBON maupun di FGD kali ini, tetapi tidak mendapatkan jawaban.
Kata dia, pertanyaan itu belum terjawab. Yang menjadi permasalahan, lanjut dia, adalah masalah keterbatasan peralatan, hanya ada satu, yakni yang ada di SKOI Palaran. SKOI yang ada di Kaltim sendiri, sasarannya adalah atlet usia Sekolah Lanjutan Pertama dan Sekolah Menengah Atas, sementara untuk DBON arahnya usia sekolah dasar, antara 8 hingga 14 tahun.
“Kalau kita rekrut dari kabupaten kota, mewakili provinsi, setelah kita seleksi si atlet, setelah kita adakan talent, anak ini mau dibawa ke mana? Sedangkan peralatan cabor senam cuma ada satu di Palaran. Kalau kita acuannya ke IGOR (Ikatan Guru Olahraga, red), guru penjas, materinya dasar, dan otodidak, bukan eks atlet. Sedangkan desainnya untuk berprestasi, di daerah bisa mengikuti gerakan, kalau kejuaraan harus mengikuti code of point, mereka terbenturnya di situ,” papar Novi.
Jika pendidikan usia dini bagi atlet senam diarahkan untuk DBON, maka sudah pasti akan berjalan, karena peralatan senam lengkap, pelatih eks atlet banyak dan sudah ready. Sedangkan di Kaltim, pelatihnya cuma satu, di SKOI, peralatan pun cuma satu.
“Kalau di si atlet berada di naungan SKOI dia akan ter-handle, tapi atlet lapis dua dan tiga, akan dilatih di mana? percuma diseleksi di usia 8 sampai 14 tapi kalau tidak ter-handle. Ini masukan, karena selama ini di atas oke, tapi di bawah tidak terkoordinir,” ungkap Novi. []
Penulis: Hernanda Salsabila Putri | Penyunting: Hadi Purnomo