Anak Teman Diperkosa Kemaluannya Rusdi Dipukuli Warga

Anak Teman Diperkosa, Lari Tak Pakai Celana, Kemaluannya Dipukuli WargaSAMARINDA – Ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Orang dekat apalagi hanya teman, bisa mencelakai keluarga kita sendiri. Buktinya Rusdi (36). Laki-laki kurang ajar memperkosa anak temannya sendiri. Awal kisahnya bermula, Minggu (24/5) lalu sekitar pukul 10.00 pagi. Pagi itu Rusdi ingin bertemu dengan rekannya Bd, di kediaman Bd di sekitaran Jalan Rukun, Loa Janan Ilir.

Karena Bd tak ada di rumah, istri Bd berinisial De (32) mempersilakan Rusdi untuk duduk menunggu. Tak lama berselang, Rusdi minta izin ke belakang untuk buang air kecil. De tak curiga, ia pun mempersilakan pria berkulit gelap ini untuk ke kamar mandi. Diduga saat kembali dari kamar mandi, Rusdi melihat putri De, sebut saja Mawar (10), yang sedang asyik main sendiri di dalam kamarnya.

Entah setan apa yang merasuk di kepala Rusdi, pria yang sehari-harinya jadi tukang parkir ini langsung mendekati Mawar dan meminta bocah malang ini melayani nafsu bejatnya. Agar bocah yang masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD) ini mau mengikuti permintaannya, ia mengancam dengan sebilah badik dengan panjang 10 sentimeter.

Karena Rusdi tak kunjung kembali ke ruang tamu, saat itulah De punya firasat tak baik. Ia pun mengecek dan berjalan ke belakang dan melintas di kamar Mawar. Betapa terkejutnya De saat melihat Rusdi sedang menggauli buah hatinya. De spontan berteriak histeris. Teriakan De mengagetkan warga yang saat itu sedang bekerja bakti. Rusdi yang juga sedang serius “menggarap” Mawar ikutan kaget bukan kepalang.

Mendengar teriakan De, Rusdi panik dan langsung kabur tanpa sempat memakai baju dan celana. Badik yang dia gunakan untuk mengancam Mawar juga tertinggal di kamar. Warga yang tahu ada pemerkosaan berkumpul dan mengejar Rusdi. Pelaku yang lari dalam kondisi telanjang bulat menjadi sasaran kejaran puluhan warga yang mengejar dengan cangkul, arit, parang dan lainnya. Aksi pelariannya terhenti saat sekelompok warga menghadangnya.

Selesailah Rusdi. Dalam kondisi tanpa sehelai benang pun, Rusdi pun dihajar habis-habisan oleh warga. Wajah, badan bahkan kemaluannya pun diberi “jatah” pukulan oleh warga. Nyaris hilang ajal dihajar warga, Rusdi kemudian diamankan di mes perusahaan tak jauh dari lokasi kejadian. Tak lama kemudian, polisi datang mengamankan pelaku.

De yang ditanya Wartawan, mengaku tak menyangka teman suaminya akan menodai anaknya. “Saya tidak sangka dia berbuat seperti itu,” singkat De ditemui di Mapolsekta Samarinda Seberang. Sementara itu Kapolsekta Samarinda Seberang, Kompol Hari Widodo menjelaskan, pihaknya memeriksa beberapa saksi mata, korban hingga pelaku untuk menentukan penerapan pasal yang akan dijatuhkan kepada Rusdi.

“Saat ini proses pemeriksaan masih kami lakukan. Pelakunya sudah diamankan dan korban serta saksi masih dimintai keterangan,” kata Hari. Barang bukti seperti badik hingga celana dalam Mawar diamankan untuk kepentingan penyidikkan. “Kita tunggu hasil visum,” tutupnya. [] KP

Berita Lainnya

WELLINGTON — Kasus medis tak biasa terjadi di Selandia Baru setelah seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun menelan hingga 100 magnet kecil berkekuatan tinggi yang dibelinya melalui platform belanja daring Temu. Aksi berbahaya tersebut berujung pada operasi besar setelah magnet-magnet itu menyebabkan kerusakan serius pada organ dalam tubuhnya. Remaja itu semula dibawa ke Rumah Sakit Tauranga, Pulau Utara, karena mengalami nyeri perut selama empat hari. Setelah dilakukan pemeriksaan medis, dokter menemukan adanya kumpulan magnet di dalam usus. “Dia mengungkapkan telah menelan sekitar 80–100 magnet berkekuatan tinggi (neodymium) berukuran 5×2 milimeter sekitar satu minggu sebelumnya,” tulis laporan di New Zealand Medical Journal, Jumat (24/10/2025). Magnet neodymium tersebut sejatinya sudah dilarang beredar di Selandia Baru sejak 2013 karena risiko keselamatan yang tinggi, terutama bagi anak-anak. Namun, laporan mengungkapkan bahwa remaja ini masih bisa membelinya secara daring melalui Temu, salah satu platform e-commerce asal Tiongkok yang tengah populer secara global. Hasil sinar-X memperlihatkan magnet-magnet itu menggumpal membentuk empat garis lurus di dalam perut sang remaja. “Ini tampaknya berada di bagian usus yang terpisah namun saling menempel akibat gaya magnet,” ujar pihak medis. Kondisi itu menyebabkan nekrosis, atau kematian jaringan, di empat area usus halus dan sekum, bagian dari usus besar. Tim dokter bedah kemudian melakukan operasi pengangkatan jaringan mati sekaligus mengeluarkan seluruh magnet dari tubuh pasien. Setelah menjalani perawatan intensif selama delapan hari, remaja tersebut akhirnya diperbolehkan pulang. Dalam laporan medisnya, dokter Binura Lekamalage, Lucinda Duncan-Were, dan Nicola Davis menulis bahwa kasus ini menjadi pengingat bahaya besar yang bisa timbul dari akses bebas anak-anak terhadap produk berisiko di pasar online. “Kasus ini tidak hanya menyoroti bahaya konsumsi magnet, tetapi juga bahaya pasar daring bagi populasi anak-anak kita,” tulis mereka. Selain itu, para ahli juga memperingatkan kemungkinan komplikasi jangka panjang akibat insiden ini, termasuk sumbatan usus, hernia perut, serta nyeri kronis yang dapat muncul di kemudian hari. Menanggapi laporan tersebut, pihak Temu menyampaikan penyesalan dan berjanji akan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. “Kami telah meluncurkan tinjauan internal dan menghubungi penulis artikel New Zealand Medical Journal untuk mendapatkan informasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Temu dalam pernyataan resminya. Namun, Temu menyebut belum dapat memastikan apakah magnet yang digunakan anak tersebut benar-benar dibeli melalui platform mereka. “Meskipun demikian, tim kami sedang meninjau daftar produk yang relevan untuk memastikan kepatuhan penuh terhadap peraturan keselamatan setempat,” tambahnya. Temu, yang merupakan raksasa e-commerce asal Tiongkok, beberapa kali dikritik di pasar internasional, termasuk di Uni Eropa, karena dinilai belum cukup tegas dalam menyaring produk berbahaya atau ilegal yang beredar di platformnya. Kasus ini menegaskan pentingnya pengawasan orang tua terhadap aktivitas belanja dan penggunaan internet oleh anak-anak, sekaligus menjadi peringatan bahwa satu klik di dunia digital bisa berujung pada konsekuensi serius di dunia nyata.