Asal-Usul Nama Pulau Gilingan Sumenep
PROBOLINGGO, Prudensi.com-Pulau Gilingan terletak di selatan pulau besar Madura yang berada di sebelah barat pulau Giliraja. Pulau Gilingan termasuk dalam Dusun Komadu, Desa Banmaleng, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur.
Pulau Gilingan memiliki pemandangan yang indah. Keelokan bibir pantai yang berpasir putih dengan air pantai yang jernih. Eksotisnya pantai Gilingan sangat cocok bagi pendatang yang benar-benar ingin menghilangkan rasa suntuk, libur kerja atau pun sekedar ingin mengobati rasa penasaran akan kecantikan kedua pulau ini.
Rute ke lokasi pulau Gilingan bisa ditempuhnya melalui beberapa titik pemberangkatan, dari Kapedi Sumenep menaiki perahu, bisa dengan menyewa perahu nelayan di pelabuhan Kapedi, kemudian langsung menuju pulau tersebut. Bisa juga berangkat dari pelabuhan Kapedi dan mengikuti perahu yang biasa menjadi tranportasi para penumpang jurusan pulau Giliraja, Desa Banmaleng, baru selanjutnya menaiki perahu nelayan untuk menuju pulau Gilingan.
Di dalam buku yang berjudul, “Agung Budin Pembabat Tanah Pulau Gili Pandan dan Gilingan Sumenep (1870-1960)” penulis Saifullah yang berasal dari pulau ini (pulau Gilingan) dengan jumlah halaman buku 290, penerbit Bildung, Yogyakarta (Juni 2023), dikisahkan bahwa peran utama dalam melakukan pembabatan pulau Gilingan adalah Agung Budin yang berasal dari pulau Poteran Sumenep Madura. Sebelum Agung Budin melakukan pembabatan pulau Gilingan, ia terlebih dulu melakukan tirakat atau sajjah menurut warga Gilingan.
Diperkirakan pada tahun 1900-an. Agung Budin membuka tanah pulau Gilingan dengan melibatkan banyak orang (jhak-ngajhak). Umumnya orang-orang yang ikut berperan membantu dalam membuka lahan di pulau Gilingan adalah berasal dari orang-orang Lombang, Giliraja. Mereka bekerja sebagai nelayan dengan cara seperti memancing ikan atau menggunakan jaring ikan di karang dekat pantai Gilingan, yang kemudian mereka turut serta membantunya dalam membuka lahan di pulau ini.
Asal-usul nama pulau Gilingan terdapat dua versi. Pertama, adanya “Mesin Gilingan.” Berawal dari kisah setelah Agung Budin, seorang pembabat tanah pulau ini menyelesaikan pembukaan lahan untuk pertama kalinya dan tidak beberapa lama kemudian datanglah orang-orang Belanda di rumah Agung Budin. Mereka berembuk dengan Agung Budin untuk membicarakan penempatan gudang milik orang-orang Belanda. Di dalam gudang ini terdapat “mesin gilingan” yang digunakan untuk menggiling segala macam peralatan seperti tampar dan lain sebagainya. Dinamakan pulau Gilingan karena adanya mesin gilingan yang ada di dalam gudang milik orang-orang Belanda tersebut.
Versi kedua, sebelum tanah pulau Gilingan dilakukan pembukaan lahannya terdapat banyak burung beterbangan lalu menukik pada satu tempat (opngaoup, bahasa Madura). Kemudian Agung Budin merasa penasaran terhadap banyaknya burung itu sehingga ia lebih memilih mencari ke mana tempat bertenggernya burung-burung tersebut. Setelah diketahui, ternyata burung-burung itu bertengger mengelilingi tanah berlubang yang berisi air. Di tanah berlubang inilah burung-burung meminum air. Tanah berlubang ini berbentuk bulat melingkar seperti gilingan atau roda kendaraan yang besarnya seperti jedi (wajan jumbo). Pada akhirnya tanah berlubang ini dilakukan penggalian oleh Agung Budin untuk dijadikan sumur. Inilah sumur pertama (somor kona, bahasa Madura) yang ada di pulau Gilingan. Sampai sekarang sumur ini digunakan oleh warga dan airnya tidak pernah mengalami kekeringan. (ADL&SIP)