Kiai Badri Mashduqi dan Nyai Maryamah, Keluarga Aktivis NU Pendiri Pesantren Badridduja Kraksaan

PENDIRI : KH. Badri Mashduqi dan seorang istrinya, Nyai Hj. Maryamah pendiri Ponpes Badridduja Kraksaan Probolinggo. (Foto : ADL&SIP)

PROBOLINGGO, Prudensi.com-KH. Badri Mashduqi dan seorang istrinya, Nyai Hj. Maryamah, sama-sama memiliki latar belakang yang sama, aktivis organisasi besar Nahdlatul Ulama (NU). Lora Badri, panggilan akrab KH. Badri Mashduqi pada usia remaja dan mudanya, berasal dari Prenduan Sumenep, memiliki latar belakang sebagai pelopor Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di tingkat cabang Kraksaan yang berdiri pada tahun 1955 dan aktivis (Ketua) Ansor di tingkat cabang Kraksaan. Sedangkan seorang istri Kiai Badri bernama Maryamah yang berasal dari Bawean Gresik, bertempat di Patokan Kraksaan, sebagai pelopor organisasi Fatayat NU di tingkat cabang Kraksaan yang berdiri pada tahun 1963.

Keduanya, memiliki latar belakang pendidikan di pesantren yang sama, baik KH. Badri Mashduqi maupun seorang istrinya, Nyai Maryamah, sama-sama memiliki sejarah mondok di Pesantren Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur.

Dengan demikian, keduanya memiliki latar belakang organisasi yang sama yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan sanad keilmuan yang sama yakni, mereka mondok di Pesantren Sidogiri di bawah asuhan KH. Cholil Nawawie Pasuruan.

Sekilas tentang perkawinannya, KH. Badri Mashduqi dan Nyai Hj. Maryamah, melangsungkan perkawinan pada akhir tahun 1964, setelah sebelumnya Kiai Badri diambil menantu oleh seorang pamannya, KH. Sufyan Miftahul Arifin (saudara kandung Kiai Mashduqi) yang dinikahkan dengan puteri pertamanya (Halimah).

Tiga tahun dari perkawinannya, KH. Badri Mashduqi dengan seorang istrinya, Nyai Maryamah, memulai merintis Pondok Pesantren. Rencana awal, Pesantren yang didirikannya ditempatkan di rumah mertuanya, di Patokan Kraksaan. Karena pertimbangan tempat di Patokan itu (tempat yang akan didirikan pesantren) terlalu sempit, maka pada akhirnya memilih mendirikan pesantren di Kraksaan Wetan, dengan pertimbangan matang, dan lewat musyawarah dengan tetangga sekitar, terutama dengan H. Fathur Rasyid, H. Abdullah, H. Ridwan dan H. Ramli, inisiatif KH. Badri Mashduqi dengan dukungan seorang istri, Nyai Maryamah, pada akhirnya terwujud, mendirikan pesantren (1967) yang diberi nama, Badridduja. (ADL&SIP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *