Cerita dari Latihan Survival Brimob Detasemen B Pelopor

Derap kaki ratusan orang memecah sunyinya pagi di Markas Komando (Mako) Brimob Detasemen B Pelopor, Jalan Sultan Hasanuddin, Samarinda Seberang, kemarin (1/6). Dengan seragam lengkap plus senjata laras panjang, para personel berbaris rapi di lapangan.

Fachrizal Muliawan, Samarinda

HAL itu merupakan awal latihan survival yang bakal mereka lakukan. Ya, selama tiga hari mereka bakal mengikuti latihan mempertahankan hidup di dalam hutan. Tepat pukul 06.30 Wita, truk yang mengangkut para personel pun berangkat dari markas. Sekitar lima belas menit kemudian, mereka pun sampai ke garis start latihan yang berlokasi di Kelurahan Simpang Pasir, Palaran.

Rinai-rinai hujan yang mengguyur Kota Tepian tak membuat semangat mereka surut. Tercatat, 113 personel yang terbagi dalam empat kelompok (peleton) ini berangkat dengan jeda masing-masing satu jam. Kaltim Post berkesempatan mengikuti latihan yang dipimpin Wakil Kepala Detasemen (Wakaden) B Pelopor AKP Vije Parapaga SIK. Untuk perbekalan, setiap personel hanya mendapatkan sebatang singkong dan harus cukup untuk tiga hari.

“Namanya juga latihan survival. Kalau persediaan makanan banyak, namanya piknik,” canda seorang personel. Jika persediaan itu habis, maka para peserta latihan dituntut menggantungkan diri mereka kepada alam. Tidak hanya itu, setiap personel membawa ransel dengan berat mencapai 30 kilogram. Belum termasuk senjata berlaras panjang jenis SS1.

Kemarin mereka mesti berjalan sejauh 40 kilometer dengan gerakan taktis. “Sebenarnya, kalau ditarik garis lurus, mereka berjalan sejauh enam kilometer,” ujar Vije. Namun karena menggunakan gerakan taktis, jarak tempuh menjadi 40 kilometer. Medan yang mereka jajal menjadi makin berat karena hujan. Lumpur dan jalan menanjak mesti dilewati.

Gerakan taktis merupakan cara yang dipakai kala menyisir sebuah wilayah. “Biasanya ini dilakukan dalam operasi lapangan,” tambah Vije. Dia mengatakan, latihan ini guna mempersiapkan personel jelang pemilihan presiden Juli mendatang. “Hasil dari latihan ini bakal dibuat dalam bentuk laporan oleh masing-masing personel,” ujarnya.

Hal itu, kata dia untuk menjadi evaluasi para pelatih. Tepat pukul 16.00 Wita para personel sampai ke pos yang telah ditentukan. Di sana mereka mendirikan tempat bermalam. Jangan harap ada tenda ataupun terpal. Mereka mesti membangun bivak alias tenda darurat. Bivak-bivak tersebut dibuat dari ranting dan dedaunan. Nah, rencananya mereka bakal terus berjalan hingga kawasan Kutai Kartanegara. Pada hari terakhir, yakni Selasa (3/6), mereka bakal berjalan kaki kembali ke markas. [] RedFj/KP