DPRD Samarinda Tekankan Peran Keluarga sebagai Tiang Pencegahan Stunting

ADVERTORIAL – Kota Samarinda kembali menjadi tuan rumah Festival Bangga Kencana untuk ketiga kalinya. Acara ini dinilai memiliki peran krusial dalam mempercepat upaya pencegahan stunting, sebuah permasalahan kesehatan yang terus menjadi fokus pemerintah.
Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda, Sri Puji Astuti, menekankan kontribusi festival ini. “Acara festival Bangga Kencana ini yang ketiga,” ujar Sri Astuti saat diwawancarai di Aula Serbaguna GOR Segiri Samarinda, pada Rabu (23/07/2025) siang.
Sri Puji menilai bahwa tujuan festival ini sangat selaras dengan agenda penanganan masalah kesehatan di Samarinda, khususnya dalam menekan angka stunting. Ia melihatnya sebagai inisiatif yang sangat positif. “Memang maksud dan tujuannya sudah, istilahnya ya kalau untuk problematika permasalahan yang ada di Kota Samarinda terkhusus stunting itu memang sangat bagus,” tegasnya.
Festival ini, menurut Sri Puji, menyediakan platform penting bagi para pendamping keluarga dan kader. Mereka dapat bersilaturahmi dan berkompetisi secara sehat, semua dalam semangat yang sama untuk mempercepat penurunan angka stunting di daerah. “Karena ini merupakan wadah para pendamping keluarga, para kader-kader ini istilahnya bersilaturahmi, saling berkompetisi dengan satu tujuan tadi, pencegahan penurunan angka stunting di Kota Samarinda, itu bisa dipercepat,” ia menyatakan.
Namun, Sri Puji juga menyoroti pentingnya penguatan di tingkat keluarga sebagai fondasi utama pencegahan stunting sejak dini. Ia percaya bahwa keluarga memegang peran sentral dalam menjaga kesehatan anak. “Nah, tetapi memang ada yang jadi PR kita, bagaimana sebenarnya penguatan di keluarga kita,” ia menekankan.
Ia menyampaikan bahwa penanganan stunting harus dilakukan secara komprehensif, dari hulu ke hilir. Pendekatan ini berarti tidak hanya fokus pada dampak akhir, melainkan pada akar masalah. “Tadi kan kita anggaplah keluarga sebagai tiang, tiang negara ini yang sekarang waktunya kita, jadi kita akan bicara dari hulu,” sampainya.
Menurutnya, “pendekatan hulu” mengacu pada pembinaan keluarga dan edukasi sejak dini. Strategi ini diyakini akan lebih efektif dalam pencegahan daripada hanya mengobati setelah stunting terjadi. “Kan kita bicara dari hulu ke hilir, kalo kita selama ini kan kita hanya menangani yang di hilir aja,” jelasnya.
Sri Puji mengapresiasi berbagai program pemerintah, baik dari pusat hingga daerah, yang telah berperan dalam mempercepat penurunan angka stunting di Samarinda. Ini menunjukkan efektivitas sinergi program-program tersebut. “Tapi kita perlu pencegahan dari hulu, dengan beberapa program tadi dari pusat sampai ke daerah dan alhamdulillah, tahun ini Samarinda lebih, lebih anu ya, penurunan angka stunting-nya lebih cepat,” ungkapnya.
Ia menuturkan bahwa saat ini angka stunting di Samarinda telah berada di bawah rata-rata nasional sebesar 19 persen. Ini merupakan capaian yang membanggakan. “Jadi kita masih satu digit, berapa persen itu di bawah angka nasional, yang 19 % tadi, ini kan suatu kerja yang sangat bagus,” katanya.
Namun, Sri Puji mengingatkan bahwa pencapaian ini tidak boleh menimbulkan euforia berlebihan. Masih banyak tantangan di lapangan yang harus diselesaikan melalui upaya berkelanjutan, mengingat masih banyak anak-anak yang masuk dalam kelompok berisiko stunting. “Tetapi itu kita gak boleh juga berpuas diri karena masih banyak anak-anak yang berisiko stunting dan hingga ribuan yang berisiko stunting,” ia menekankan. Perjalanan Samarinda dalam menekan angka stunting masih membutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak.[]
Penulis: Diyan Febrina Citra | Penyunting: Aulia Setyaningrum