Ironis, Masih Ada SD Berlantai Tanah Berdinding Bambu di Sambas

Ironis, Masih Ada SD Berlantai Tanah Berdinding Bambu di SambasSAMBAS – Belum lama ini Indonesia memperingati hari pendidikan Nasional, harusnya ini dijadikan momentum intropeksi diri memajukan dunia pendidikan.

Namun ironis yang masih terjadi di dunia pendidikan Indonesia masih ada saja keterbatasan anak-anak negeri ini mendapatkan akses pendidikan seperti yang terjadi bagi anak-anak dan guru SD Jauh atau SD Villial di Sungai Daun Dusun Sempata Desa Balai Gemuruh Kecamatan Subah Sambas, Kalimantan Barat.

Sebuah bendera usang dan papan penanda seadanya bertuliskan lokasi pembangunan SD Jauh Sei Daun – Oreh di depan bangunan dan suara celetukan-celetukan ringan bocah-bocah ditengah sunyinya suasana desa memecah keheningan sejenak menandakan adanya aktifitas di bangunan sederhana di pinggiran jalan Raya Subah – Ledo ini.

Namun saat ditelusur ke dalam balik jeruji anyaman bambu yang tersusun jarang, disinilah sejumlah anak berseragam merah putih ini antusias menjawab pertanyaan wanita paruh baya yang bertanya di depan papan tulis hitam.

Di bangunan berlantai tanah, berdinding bilah anyaman bambu dan beratap rumbia yang sebenarnya jauh dari kesan layak untuk namanya Sekolah Dasar. Namun kenyataannya ada sekitar 33 murid sekolah dasar yang mengenyam pendidikan setiap hari di SD Jauh atau SD Villial ini.

Padahal dari sisi infrastruktur lokasinya berada ditepi jalan Raya beraspal mulus Subah – Ledo dan sekitar 3 KM dari Kantor Camat Subah atau sekitar 47 KM dari Ibu Kota Kabupaten Sambas. Sehingga tentu saja sekolah ini selalu dilewati arus masyarakat Sambas- Bengkayang.

“Sekolah ini dibangun masyarakat Sungai Daun dan Sungai Oreh. Kalau disini musim hujan sering kebanjiran, sehingga kita setiap hari Sabtu siswa dan guru memungut batu di pinggir jalan agar lantainya tidak becek,” ujar satu di antara guru Yovita S.Ag (30) kepada Wartawan, Senin (11/5/2015).

Bersekatkan dinding terpal seadanya, sekolah yang baru berdiri hampir setahun atas swadaya masyarakat setempat ini dibagi kedalam 3 ruangan di antaranya kelas I, II dan III dengan meja dan kursi seadanya. Tak ada sarana apa-apa layaknya sekolah di kota, hanya tergantung satu alat peraga seadanya di dinding belakang siswa belajar. [] TBP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *